Ilustrasi. Kredit: NASA |
Adalah Kristina Punzi, mahasiswa doktoral di Institut Teknologi Rochester dan rekan-rekannya yang melakukan pengamatan terhadap bintang ini. Hasil studi mereka menunjukkan bahwa ada banyak gumpalan debu dan gas yang mengitari bintang RZ Piscium, dan kemungkinan gumpalan tersebut juga sedang dihisap sang bintang.
"Meskipun mungkin ada penjelasan lain, kami memperkirakan bahwa gumpalan debu dan gas ini mungkin dihasilkan oleh pecahnya sebuah benda besar seperti planet di dekat bintang tersebut," kata Punzi seperti dilansir IFLScience.com.
Planet yang hancur lebur tersebut kemungkinan disebabkan karena mengorbit terlalu dekat dengan bintang RZ Piscium. Karena adanya gaya gravitasi, planet tersebut pun robek, membentuk gumpalan gas dan debu di sekitar bintang RZ Piscium yang berjarak hampir setara jarak Matahari ke Merkurius.
"Ini adalah fase yang sangat menarik dalam evolusi sistem planet, dan kita beruntung bisa menemukan sebuah sistem planet yang berada pada proses ini mengingat hal itu terjadi dengan sangat cepat bila dibandingkan dengan masa hidup bintang," tambah Punzi.
Berdasarkan pengamatan Punzi dan rekan-rekannya, ada dua kemungkinan bagaimana gumpalan debu dan gas ini terbentuk. Pertama, seonggok planet gas yang cukup besar terkoyak oleh gravitasi bintang seperti yang dijelaskan di atas. Yang kedua, mungkin saja sebelumnya ada dua planet gas yang bertabrakan.
Punzi dan rekan-rekannya mengamati RZ Piscium menggunakan kombinasi pengamatan melalui satelit ESM XMM-Newton milik Agensi Antariksa Eropa, teleskop Shane 3 meter di Lick Observatory di California, dan teleskop Keck I 10 meter di Observatorium W. M. Keck di Hawaii.
Pengamatan tersebut juga sukses mengungkapkan bahwa suhu permukaan bintang ini diperkirakan mencapai 5.330 derajat Celsius, sedikit lebih dingin daripada Matahari. Pengamatan juga menunjukkan bahwa bintang tersebut diperkaya dengan unsur lithium, yang perlahan hancur oleh reaksi nuklir di dalam bintang.
"Jumlah lithium di permukaan bintang menurun seiring bertambahnya usia, jadi ini berfungsi sebagai 'jam' yang memungkinkan kita memperkirakan usia bintang tersebut," jelas rekan penulis Dr. Joel Kastner, direktur Laboratorium Astrofisika Multigelombang milik Institut Teknologi Rochester.
Berdasarkan pengukuran lithium pada RZ Piscium, diketahui bahwa bintang ini baru berusia sekitar 30 sampai 50 juta tahun. Tanda lainnya yang membuktikan bahwa RZ Piscium merupakan bintang muda adalah fakta bahwa bintang ini menghasilkan sinar-X pada tingkat kira-kira 1.000 kali lebih besar dari Matahari kita.
"Penemuan ini benar-benar memberi kita sekilas gambaran yang langka dan indah tentang apa yang terjadi pada banyak sistem planet yang baru terbentuk. Rupanya banyak planet yang tidak dapat bertahan dari kekacauan dan ketidakstabilan pada masa-masa awal sistem planet terbentuk," kata Dr. Pilachowski. "Ini membantu kita memahami mengapa beberapa sistem planet muda bisa bertahan, dan beberapa lainnya tidak."
Baca jurnal penelitian ini selengkapnya di Astronomical Journal.