Ilustrasi posisi sinar Matahari yang menyinari Bumi di saat ekuinoks. Kredit: Przemyslaw Idzkiewicz |
Ekuinoks merupakan kata serapan dari Equinox, yang mana Equinox berasal dari bahasa Latin, "Aequus" (yang berarti sama) dan "Nox" (yang bermakna malam). Karena selama ekuinoks, panjang waktu siang dan malam akan sama; sekitar 12 jam.
Menurut definisi astronomi, ekuinoks juga menandai dimulainya musim gugur di belahan Bumi utara dan musim semi di belahan Bumi bagian selatan. Bagi Indonesia yang berada di ekuator, ekuinoks tidak berdampak secara signifikan, karena kita selalu menerima sinar Matahari secara stabil sepanjang tahun.
Pada hari ekuinoks, Matahari akan muncul atau terbit tepat di arah timur, lalu terbenam di tepat di arah barat. Akibatnya, Matahari akan muncul langsung di atas kepala pada siang hari bagi wilayah-wilayah yang berada di lintang ekuator.
Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun, yaknni pada bulan Maret dan September. Ekuinoks Maret menandai awal saat Matahari melakukan perjalanan ke utara, sementara ekuinoks September menandai awal saat Matahari akan bergerak ke selatan.
Walau secara teori dikatakan seperti pada di atas, dalam prakteknya tidak selalu persis demikian. Hal ini dikarenakan ada sebuah fenomena yang disebut presesi ekuinoks. Lebih dari ratusan tahun, arah sumbu rotasi Bumi di ruang angkasa berubah karena Bumi berputar seperti giroskop. Ini berarti lokasi ekuinoks akan berubah dengan kecepatan sekitar 50 busur surya setiap tahunnya.
Perubahan posisi Bumi terhadap cahaya Matahari. Kredit: Wikimedia Commons |
Perubahan Musim
Jika Anda bertanya-tanya apa yang menyebabkan adanya perubahan dan perbedaan musim di Bumi, jawabannya adalah karena Bumi yang bulat. Ditambah dengan kemiringan poros Bumi sekitar 23,5 derajat, hal itu dapat membuat belahan Bumi utara dan selatan dapat bergantian condong ke Matahari.Ketika belahan Bumi utara condong ke Matahari, maka negara-negara atau wilayah-wilayah di utara akan tersinari Matahari lebih banyak daripada belahan Bumi selatan. Hal itu membuat belahan Bumi utara akan mengalami musim panas. Sedangkan pada waktu yang sama, di belahan Bumi selatan akan mengalami musim dingin. Begitupun sebaliknya jika belahan selatan yang condong ke Matahari.
Nah, pergantian musim berdasarkan kecondongan suatu belahan Bumi terhadap Matahari bisa ditandai oleh peristiwa ekuinoks ini. Misalnya ekuinoks September ini. Ekuinoks adalah peristiwa ketika tidak ada kecondongan belahan Bumi tertentu terhadap Matahari. Pada ekuinoks, Matahari akan menyinari hampir seluruh permukaan Bumi secara merata.
Bukti dari kemiringan sumbu Bumi karena Bumi yang bulat bisa dilihat dari perubahan posisi Matahari dari waktu ke waktu. Jika pada Maret hingga September ini kita di Indonesia lebih sering melihat Matahari muncul agak ke utara, maka ketika Oktober tiba nanti, kedudukan Matahari akan berubah secara dramatis, ia akan lebih sering terlihat di selatan.
Setelah ekuinoks September ini, Matahari akan lebih menyinari belahan Bumi selatan daripada belahan Bumi utara. Membuat wilayah selatan Bumi mengalami musim panas dan wilayah utara Bumi mengalami musim dingin. Kita di Indonesia tidak akan terlalu terpengaruh, hanya saja kita akan memasuki musim penghujan.
Selamat Ekuinoks!
Sumber: EarthSky, In-The-Sky.org.