Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Ketika Bintang Melahap Planet-planet yang Mengitarinya

Menggunakan data dari wahana antariksa Gaia milik Agensi Antariksa Eropa (ESA), sekelompok astronom baru-baru ini berhasil meneliti sebuah bintang yang memiliki sedikit kelainan; ia aktif memakan planet-planet yang mengitarinya. Bagaimana proses ini bisa terjadi?
Ilustrasi. Kredit: Shutterstock
Info Astronomy - Menggunakan data dari wahana antariksa Gaia milik Agensi Antariksa Eropa (ESA), sekelompok astronom baru-baru ini berhasil meneliti sebuah bintang yang memiliki sedikit kelainan; ia aktif memakan planet-planet yang mengitarinya. Bagaimana proses ini bisa terjadi?

Adalah Semyeong Oh, astronom dari Universitas Princeton, yang memimpin penelitian ini. Oh dan rekan-rekannya menggunakan data dari wahana antariksa Gaia yang saat ini sedang sibuk melihat sekaligus menyurvei 1 miliar bintang di galaksi kita.

Bintang yang diamati Oh dan rekan-rekannya merupakan sepasang bintang biner yang berjarak sekitar 320 tahun cahaya dari Bumi, yang masing-masing disebut sebagai HD 240430 dan HD 240429. Kedua bintang ini saling mengorbit pada jarak sekitar 2 tahun cahaya.

Keduanya diketahui terbentuk sekitar 4 miliar tahun yang lalu, yang kemungkinan besar juga terbentuk pada awan antarbintang yang sama. Namun, kelainan mulai mencuat ketika Oh dan rekan-rekannya meneliti spektrum cahaya dari kedua bintang tersebut. Keduanya tampaknya memiliki komposisi kimia yang berbanding terbalik.

Pasalnya, menurut Oh dan timnya, salah satu dari bintang biner ini mungkin saja telah memakan beberapa planet yang mengitarinyanya, atau beberapa material pembentuk planet di sekitarnya. Hal ini berdampak secara signifikan terhadap komposisi kimia yang berbeda dari bintang pendampingnya.

Bintang yang diduga melahap planet-planet yang mengitarinya adalah HD 240430. Bintang ini diketahui memiliki jumlah litium yang lebih tinggi daripada HD 240429. Dengan temuan ini, Oh dan rekan-rekannya menjuluki bintang tersebut sebagai "Kronos", nama seorang dewa dalam mitologi Yunani yang memakan anak-anaknya sendiri.

Bila HD 204030 dijuluki sebagai Kronos, maka Oh dan rekan-rekannya juha menjuluki HD 240429 dengan nama dewa Yunani, yakni Krios, saudara Kronos yang kurang dikenal. Dari hasil penelitian ini, diketahui Kronos dan Krios merupakan bintang mirip Matahari.

Ilustrasi ketika Kronos melahap planet yang mengitarinya. Kredit: NASA/ESA/G. Bacon
Walau begitu, Kronos belum dikonfirmasi telah melakukan kegiatan melahap planet-planetnya. Oh dan rekan-rekannya memiliki tiga teori lain untuk menjelaskan mengapa Kronos memiliki komposisi yang berbeda dengan Krios, termasuk salah satunya perbedaan usia (Kronos diketahui sedikit lebih tua, sekitar 300 juta tahun), atau kemungkinan mereka tidak dilahirkan dari awan antarbintang yang sama, serta terbentuk di awan antarbintang yang sama namun tidak berbarengan.

Tapi, para astronom ini lebih menyukai gagasan pelahapan planet ini. Sayangnya, mengapa hal ini terjadi pada Kronos dan tidak terjadi pada Krios masih belum jelas. Kemungkinan besar, ada sebuah bintang yang lewat di dekat Kronos sehingga bisa saja mengganggu orbit planet yang mengitari Kronos sehingga berada terlalu dekat dengannya dan akhirnya termakan.

Dalam sains, klaim besar membutuhkan bukti yang besar. Dalam rangka menguji teori ini, Oh dan rekan setimnya telah mulai mencari planet raksasa di sekitar Kronos dan Krios. Hasil penelitian lanjutan tersebut akan dipublikasikan dalam waktu dekat.

Matahari Melahap Bumi

Matahari kita juga merupakan sebuah bintang. Saat ini, Matahari berada dalam fase deret utama, dan dalam beberapa miliar tahun lagi akan berevolusi sebagai bintang raksasa merah. Sayangnya, evolusi Matahari akan membuat lapisan terluarnya membengkak, yang bahkan diperkirakan hingga melebihi orbit Mars.

Diperkirakan, dalam 7.5 miliar tahun, Bumi kita akan ditelan oleh Matahari yang berada pada tahap raksasa merah. Sementara, 2 miliar tahun sebelum itu, yakni sekitar 5,5 miliar tahun dari sekarang, luminositas Matahari akan meningkat dua kali lipat sehingga menyebabkan Bumi menjadi sangat panas dan tidak bisa ditempati makhluk hidup lagi.

Namun, ada satu teori lain yang menyatakan tentang pengurangan massa Matahari. Menurut teori ini, walaupun radius dan luminositas Matahari meningkat tajam, Matahari masih mengalami pengurangan massa yang memungkinkan planet-planet dalam selamat dari ditelan oleh ekspansi Matahari.

Penelitian ini telah dipublikasikan di arXiv.org.



Sumber: New Scientist
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.