Ilustrasi. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
Lubang tersebut membuat sang galaksi induk tampak bagaikan donat kosmik raksasa bertabur wijen kosmik yang terbuat dari bintang dan debu. Penemuan ini bisa membantu menjelaskan mengapa ada banyak galaksi raksasa hanya mampu menciptakan sedikit bintang setelah miliaran tahun terbentuk.
Ketika mengintip jauh kembali ke masa lalu, para astronom melihat galaksi-galaksi raksasa yang begitu sibuk membentuk bintang-bintang baru, galaksi-galaksi yang disebut sebagai galaksi starburst. Namun ketika melihat galaksi-galaksi yang berjarak lebih dekat, banyak galaksi raksasa sejenis yang tidak mampu menciptakan banyak bintang, bahkan menciptakan sebuah bintang baru. Teka-teki ini pun terjawab dari penelitian quasar tadi.
Sekelompok astronom yang dipimpin oleh Dr. Hai Fu dari Universitas Iowa telah mengamati beberapa galaksi starburst yang berjarak jauh dari Bumi. Karena jaraknya yang sangat jauh ini, galaksi-galaksi tersebut hanya muncul terang pada panjang gelombang yang lebih pendek dari satu milimeter.
Anehnya, banyak dari galaksi ini telah ditemukan berada dekat dengan quasar, yakni objek alam semesta yang merupakan sebuah lubang hitam supermasif yang menumpuk material dengan sangat cepat sehingga menghasilkan keluaran energi dalam jumlah besar. Diketahui, sekitar sepertiga dari jumlah quasar yang diketahui di alam semesta terletak pada jarak yang jauh dari 12 miliar tahun cahaya.
Untuk menyelidiki lebih jauh, Dr. Fu dan rekan-rekannya akhirnya menggunakan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), sebuah teleskop radio yang berada di Cile. Dari 29 quasar yang diteliti, 16 kasus di antaranya memang berada dekat dengan galaksi starburst, namun bukan merupakan satu bagian.
Sementara itu, empat quasar lainnya lebih menarik lagi, quasar-quasar tersebut tampak berada di dalam sebuah galaksi starburst yang berdebu, tepatnya berada di area jantung galaksi. Hal ini tak terduga karena debu tebal semacam itu seharusnya menghalangi quasar.
Jadi, mengapa quasar-quasar ini bisa terlihat padahal seharusnya tidak? Dr. Fu dan rekan-rekannya mengusulkan teori yang menyatakan bahwa quasar tersebut telah mengeluarkan banyak energi sehingga mereka mengeluarkan cukup banyak gas dan debu yang telah mampu mengubah galaksi induknya menjadi bentuk donat.
Dr. Fu dan rekan-rekannya bisa melihat quasar ini melalui teleskop radio ALMA karena galaksi-galaksi tersebut memiliki lubang di bagian tengahnya akibat keberadaan quasar-quasar tadi. Akibat adanya quasar, banyak pula material dari galaksi-galaksi ini terhempas ke luar angkasa, menyebabkan pembentukan bintang berkurang dan bahkan berhenti, yang akhirnya mengarah membuat galaksi tersebut mati.
Penelitian quasar ini telah memberi kita informasi yang belum pernah didapatkan sebelumnya tentang evolusi galaksi dan materi yang mengelilingi galaksi-galaksi besar.
Sumber: Astrophysical Journal, EurekAlert, Swinburne University.