Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Dua Gerhana Bulan Total di Indonesia Tahun 2018

Dua gerhana Bulan sudah terjadi di tahun 2017 ini. Tahun 2018 mendatang, kita di Indonesia berkesempatan melihat peristiwa langit berupa gerhana Bulan total. Tak hanya sekali, tapi dua kali! Kapan dan bagaimana cara mengamatinya? Simak terus artikel ini!
Gerhana Bulan Total 2004. Kredit: Fred Espenak, MrEclipse.com
Info Astronomy - Dua gerhana Bulan sudah terjadi di tahun 2017 ini. Tahun 2018 mendatang, kita di Indonesia berkesempatan melihat peristiwa langit berupa gerhana Bulan total. Tak hanya sekali, tapi dua kali! Kapan dan bagaimana cara mengamatinya? Simak terus artikel ini!

Memang tampaknya terlalu dini untuk berbicara tentang kedua gerhana Bulan total ini. Sebab, keduanya masing-masing baru akan terjadi pada 31 Januari 2018 dan 28 Juli 2018 mendatang. Tapi, tidak ada salahnya kan kita mengetahuinya lebih dulu?

Proses Terjadinya Gerhana Bulan Total

Sebelum mengamati peristiwa gerhana Bulan total, tahukah Anda bagaimana peristiwa ini dapat terjadi? Gerhana Bulan terjadi ketika bayangan Bumi menghalangi cahaya Matahari yang menyinari Bulan. Ada tiga jenis gerhana Bulan, yakni gerhana Bulan total, parsial, dan penumbral, dengan yang paling dramatis adalah gerhana Bulan total, di mana bayangan bumi benar-benar menutupi Bulan.

Gerhana Bulan bisa terjadi hanya pada saat fase Bulan Purnama. Gerhana Bulan total hanya bisa terjadi bila Matahari, Bumi, dan Bulan berbaris sempurna di bidang tata surya, sedikit saja kurang kesempurnaan, maka akan menciptakan gerhana Bulan parsial atau tidak ada gerhana sama sekali.

Kurang kesempurnaan ini bisa terjadi karena dalam mengorbit Bumi, bidang orbit Bulan miring sekitar 5 derajat terhadap bidang ekliptika. Hal ini menyebabkan tidak setiap Bulan Purnama akan terjadi gerhana Bulan. Bisa jadi Bulan terlalu tinggi 5 derajat dari ekliptika, ataupun terlalu rendah 5 derajat dari ekliptika.

Namun, alih-alih Bulan menjadi gelap saat puncak gerhana Bulan total, satu-satunya satelit alami Bumi kita ini akan berubah warna menjadi merah darah. Bulan bisa berubah menjadi merah atau kuning pada puncak gerhana total adalah karena ketika Bulan berada dalam bayang-bayang total, beberapa cahaya dari Matahari masih bisa menembus atmosfer Bumi dan menyinari Bulan yang sedang digerhanai.

Sementara warna lainnya dalam spektrum cahaya Matahari terhalang dan tersebar di atmosfer Bumi, warna merah cenderung membuatnya menjadi lebih mudah terlihat. Efek ini adalah efek yang sama ketika kita Matahari terbit dan Matahari terbenam, Matahari akan tampak merah, bukan?

Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018

Gerhana Bulan total pertama tahun 2018 terjadi pada 31 Januari. Gerhana ini bisa teramati dari Eropa Utara hingga ke Timur, seluruh Asia, Australia, Oseania, sebagian Afrika, Amerika Utara, sebagian Amerika Selatan, Pasifik, Atlantik, Samudra Hindia, Arktik, dan Antartika.

Diagram gerhana Bulan total 31 Januari 2017. Area gelap tak kebagian gerhana. Kredit: Fred Espenak
Karena seluruh Asia berkesempatan mengamatinya, maka hal itu berarti termasuk Indonesia. Gerhana yang merupakan nomor 49 dari 73 gerhana dalam siklus Saros 124 ini bisa mulai diamati pukul 17.51 WIB, namun sayangnya saat itu Bulan masih berada di bawah cakrawala timur bagi Indonesia bagian Barat.

Gerhana Bulan total akan diawali dengan gerhana parsial, yang mana untuk gerhana ini dimulai pada pukul 18.48 WIB. Lalu berlanjut ke gerhana total yang akan dimulai pukul 19.51 WIB. Puncak gerhana total sendiri akan berlangsung pukul 20.29 WIB, lalu gerhana total berakhir pukul 21.07 WIB. Kita masih bisa terus menyaksikan sisa gerhana parsialnya hingga pukul 22.11 WIB.

Fase gerhana Bulan total tidak seperti gerhana Matahari total. Gerhana Bulan berlangsung lebih lama. Untuk tanggal 31 Januari 2018 ini, fase gerhana Bulan total berlangsung selama 1 jam 16 menit.

Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018

Gerhana Bulan total 31 Januari 2018 berpotensi terhalang awan karena terjadi di musim penghujan. Namun, gerhana 28 Juli 2018 memberikan kesempatan kedua karena terjadi di musim kemarau. Gerhana ini bisa diamati dari sebagian besar Eropa, sebagian besar Asia, Australia, Afrika, Amerika Utara bagian selatan, Amerika Selatan, Pasifik, Atlantik, Samudera Hindia, hingga Antartika.

Diagram gerhana Bulan total 28 Juli 2018. Area hitam tidak kebagian. Kredit: Fred Espenak
Tidak seperti gerhana 31 Januari 2018 yang bisa diamati dari awal malam, gerhana 28 Juli 2018 yang termasuk dalam Saros 129 dan merupakan nomor 38 dari 71 gerhana dalam seri tersebut ini bisa diamati di Indonesia setelah tengah malam, tepatnya saat dini hari.

Kita bisa mulai mengamatinya mulai pukul 00.14 WIB saat Bulan Purnama mulai memasuki bayangan penumbra Bumi. Selanjutnya gerhana parsial bisa diamati mulai pukul 01.24 WIB. Sekitar satu jam kemudian, atau tepatnya pukul 02.30 WIB, gerhana total akan dimulai.

Bulan akan sepenuhnya masuk bayangan umbra Bumi pada pukul 03.21 WIB, yang mana ini merupakan puncak gerhana total. Gerhana total akan terus berlangsung hingga pukul 04.31 WIB, menyisakan gerhana parsial yang akan berlangsung hingga 05.19 WIB. Durasi fase gerhana total ini akan mencapai 1 jam 43 menit.

Nah, itulah dua gerhana Bulan total yang bisa disaksikan di Indonesia. Bukan, ini bukan pertanda bakal terjadinya bencana. Peristiwa gerhana Bulan total adalah peristiwa ilmiah biasa yang sering terjadi bahkan sebelum Anda lahir. Justru dengan mengamatinya, kita akan dibuat takjub dan mungkin ketagihan.

Jadi, selamat berburu gerhana Bulan!

UNDUH: Sebagai panduan pengamatan dua gerhana Bulan total yang akan terjadi pada 31 Januari dan 28 Juli 2018, silakan unduh buku elektronik panduan gratisnya di sini.


Sumber: EclipseWise, Time and Date, Space.com.
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com