Bulan. Kredit: NASA |
Studi ini juga menunjukkan bahwa air tersebar luas, tidak hanya di daerah sekitar kutub Bulan yang mana sebelumnya diketahui air hanya ada di sana.
Penelitian ini berdasarkan pada hasil analisa sampel batuan Bulan (yang dibawa dari 6 misi Apollo) yang mengandung butiran kecil air yang terperangkap. Batuan yang mengandung butiran air tersebut terbentuk saat magma meletus dari interior Bulan miliaran tahun yang lalu, menjebak air di dalamnya.
Para ilmuwan kemudian melihat data satelit yang dikumpulkan oleh wahana antariksa pengorbit Bulan milik India, Chandrayaan-1, untuk memeriksa di mana saja batuan tersebut menjebak butiran air ini. Hasilnya, seperti yang diterbitkan hari ini di Nature Geoscience, menunjukkan ada banyak lokasi di Bulan yang mengandung air.
Peta yang menunjukkan lokasi-lokasi keberadaan air di Bulan. Kredit: Milliken lab/Brown University |
"Air yang kami deteksi di Bulan berupa OH (mineral hidroksida) atau H2O, namun kami menduga air di Bulan ini kebanyakan terdiri dari OH," kata Ralph Milliken, pemimpin studi ini.
Belum jelas apakah air di Bulan ini berasal dari sebuah komet atau asteroid yang pernah menabraknya, atau mungkin sudah ada di interiornya sejak pertama kali terbentuk. Tapi yang menarik adalah air ini bisa lebih mudah diakses, seperti es yang membeku di kutub Bumi kita. Air di Bulan ini nantinya bisa diekstraksi dengan memanaskannya sampai suhu tinggi.
Studi tersebut tidak mengatakan berapa banyak jumlah air yang ada di Bulan, namun memetakan di mana titik-titik keberadaan air ini sudah cukup berguna bagi penjelajah Bulan di masa depan. Mereka bisa menambang permukaan Bulan untuk mendapatkan air alih-alih membawanya sepanjang perjalanan dari Bumi.
Sumber: Nature Geoscience, National Geographic.