Ilustrasi lubang hitam yang mendistorsi ruang di sekitarnya. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
Lubang hitam bisa mengandung beberapa kali massa Matahari kita namun memiliki ukuran yang tidak lebih besar dari kota Jakarta. Massa yang sebanding dengan gravitasi membuat lubang hitam memiliki gaya tarik yang begitu kuat sehingga cahaya pun tidak bisa terlepas dari gravitasinya.
Secara konseptual, lubang hitam sebenarnya tidak terlalu rumit. Mereka tidak lebih dari inti bintang masif yang sangat padat. Kebanyakan bintang, seperti Matahari kita, mengakhiri hidup mereka secara "damai" dengan meniupkan lapisan luar mereka ke segala penjuru ruang angkasa dengan lembut. Tapi bintang-bintang yang memiliki massa delapan kali massa Matahari akan mati secara lebih dramatis; meledak.
Bintang-bintang masif tersebut mati saat mereka tidak bisa lagi menyatukan atom dalam inti mereka. Bukan berarti mereka kehabisan bahan bakar. Sebaliknya, begitu bintang itu memiliki inti besi, menggabungkan atom untuk membuat elemen baru benar-benar menghabiskan energi bintang. Karena kekurangan sumber energi, bintang tersebut tidak dapat menahan diri dengan gravitasinya. Lapisan luar bintang pun akan runtuh.
Setelah runtuh dalam gravitasinya sendiri, bintang masif ini akan meledak sebagai supernova. Seluruh materi dalam isi perut bintang tadi akan menyebar, tumpah ruah, sementara inti bintangnya akan benar-benar runtuh karena gravitasinya sendiri.
Pasca-supernova, inti bintang yang meledak tadi akan tetap ada. Untuk bintang dengan massa kurang dari 20 kali massa Matahari, sisa inti bintang tadi akan menjadi bintang neutron. Tapi untuk bintang dengan massa lebih dari 20 kali massa Matahari, sisa intinya akan berubah menjadi objek yang benar-benar eksotis. Sebuah lubang hitam.
Inti bintang yang menjadi lubang hitam ini akan memiliki volume sama dengan nol, namun memiliki kepadatan yang tak terhingga.
Pernah dengar istilah "kecepatan lepas"? Kecepatan lepas juga diartikan sebagai point-of-no-return. Kecepatan lepas ini berbeda untuk setiap planet, bintang, dan komet. Kecepatan lepas dari gravitasi Bumi adalah sekitar 40.000 km/jam. Untuk Matahari, kecepatan lepasnya lebih dari 2 juta km/jam. Dan pada lubang hitam, kecepatan lepasnya lebih besar dari kecepatan cahaya!
Karena tidak ada yang bisa bergerak lebih cepat dari cahaya, maka tidak ada -- bahkan cahaya sendiri -- yang bisa menghindari tarikan gravitasi lubang hitam bila ada di dekatnya. Bahkan tidak ada pula jenis radiasi seperti gelombang radio, UV, inframerah, yang muncul dari lubang hitam.
Tidak ada informasi sama sekali yang bisa pergi atau keluar dari lubang hitam. Alam semesta seolah telah menutup "tirai" di sekitar sisa-sisa kematian bintang masif ini sehingga kita tidak bisa langsung mempelajarinya. Yang bisa kita lakukan hanyalah menduga.
Lalu, bagaimana para astronom bisa menemukan lubang hitam di alam semesta bila tak ada radiasi apapun darinya? Caranya cukup sederhana; para astronom biasanya mengamati objek di sekitar lubang hitam yang bergerak aneh.
Lubang hitam itu sendiri memiliki "cakrawala peristiwa". Bila telah masuk ke cakrawala peristiwa, maka material apapun takkan bisa lari. Tapi bila masih di luar cakrawala peristiwa, pesawat ruang angkasa Anda setidaknya memiliki kemungkinan teoritis untuk bisa pulang.
Apa yang ada di dalam cakrawala peristiwa lubang hitam masih menjadi sebuah misteri. Apakah ada objek di bagian tengahnya? Atau hanya berisi material-material angkasa yang hancur? Kurangnya pemahaman kita tentang lingkungan yang ekstrem dari lubang hitam ini membuat kita belum tahu jelas apa isi lubang hitam.
Yang jelas, lubang hitam bukanlah lubang dalam artian sebenarnya. Ia disebut "lubang" karena apapun yang berada di dekatnya akan tersedot atau jatuh ke dalamnya yang membuat ia seolah seperti lubang di alam semesta.
Sumber: NASA, Hubble Site, Sky and Telescope.