Ilustrasi galaksi di alam semesta awal yang diselubungi gas halo. Kredit: A. Angelich (NRAO/AUI/NSF) |
Dengan mempelajari dua galaksi dari alam semesta awal yang mirip dengan galaksi Bimasakti, para astronom telah menemukan bahwa nenek moyang dari galaksi spiral ternyata diselubungi oleh gas halo yang terdiri dari gas hidrogen.
Selain itu, material yang ada di dalam gas halo tersebut diyakini merupakan material dasar untuk pembentukan ratusan miliar bintang yang akhirnya akan membentuk galaksi yang saat ini kita kenali, termasuk galaksi Bimasakti.
"ALMA telah memecahkan misteri tentang pembentukan galaksi," kata salah satu penulis studi, Chris Carilli, astronom di National Radio Astronomy Observatory, seperti dilansir IFLScience.com. "Kami sekarang tahu bahwa galaksi di alam semesta awal dilingkupi gas halo yang merupakan material untuk pembentukan galaksi penerusnya."
Dua galaksi yang diamati Carilli dan rekan-rekannya ini merupakan galaksi yang diperkirakan telah terbentuk pada masa saat alam semesta masih berusia lebih dari satu miliar tahun (saat ini diperkirakan berusia 13,7 miliar tahun).
Penelitian ini bukanlah tugas yang mudah. Dua galaksi dari alam semesta awal tersebut ditemukan menggunakan "lilin kosmik", atau yang dikenal sebagai quasar. Cahaya dari quasar dapat menunjukkan adanya sebuah galaksi.
Selain itu, teleskop radio yang digunakan juga cukup canggih. ALMA dapat melihat alam semesta pada cahaya inframerah dan gelombang mikro, yang memungkinkan para astronom untuk bisa menangkap atau melihat benda angkasa yang jauh dan redup, seperti galaksi di alam semesta awal ini.
Mengapa disebut alam semesta awal? Karena semakin jauh kita menatap ke alam semesta, semakin mundur waktu yang kita amati. Contohnya, bila kita mengamati galaksi Andromeda yang berjarak 2,5 juta tahun cahaya, itu artinya kita sedang melihat kondisi Andromeda pada 2,5 juta tahun yang lalu.
Maka dengan mengamati dua galaksi yang terbentuk saat alam semesta baru berusia 1 miliar tahun ini jelas seperti kembali menatap ke masa-masa alam semesta awal, bukan?
"Kami cukup gembira karena dapat melihat galaksi-galaksi jauh itu, yang memberi kami kesempatan yang luar biasa untuk belajar tentang sejarah awal galaksi lain yang mirip dengan galaksi kita sendiri," tambah penulis utama studi, Marcel Neeleman, astronom di Universitas California, AS.
Tim astronom ini sekarang sedang merencanakan untuk memperluas pengamatan dan penelitian ini untuk dapat mengamati galaksi-galaksi di alam semesta awal lebih banyak.
Sumber: ScienceMag, ScienceDaily, NRAO.