Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Mengenal Satelit Buatan yang Mengorbit Bumi

Selain memiliki Bulan yang merupakan satelit alami, Bumi kita yang dihuni oleh kehidupan cerdas juga memiliki teknologi bernama satelit buatan. Apa itu satelit buatan? Bagaimana cara satelit buatan agar bisa mengorbit Bumi?
Ilustrasi satelit buatan. Kredit: Pexels.com
Info Astronomy - Selain memiliki Bulan yang merupakan satelit alami, Bumi kita yang dihuni oleh kehidupan cerdas juga memiliki teknologi bernama satelit buatan. Apa itu satelit buatan? Bagaimana cara satelit buatan agar bisa mengorbit Bumi?

Satelit buatan merupakan teknologi yang memudahkan manusia dalam melakukan penelitian. Ada berbagai macam jenis satelit buatan di orbit Bumi, dan yang paling banyak merupakan satelit komunikasi.

Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang ditempatkan di angkasa luar dengan tujuan telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Kebanyakan satelit komunikasi ditempatkan pada orbit geostasioner, yakni orbit yang berada pada ketinggian sekitar 35.700-an kilometer di atas permukaan Bumi.

Ada pula satelit penginderaan jauh, yakni satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit. Penggunaan satelit jenis ini ditujukan untuk penggunaan non-militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dll.

Selain itu, masih ada juga satelit navigasi yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke penerima di permukaan Bumi untuk menentukan lokasi sebuah titik di permukaan Bumi, satelit cuaca, satelit penelitian Bumi, hingga satelit mata-mata.

Satelit terbesar yang mengorbit Bumi adalah Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang masuk dalam jenis satelit laboratorium orbit. Berbeda dengan satelit lainnya, ISS bisa dimasuki dan bahkan dihuni selama setiap enam bulan oleh enam astronot dari berbagai negara di dunia.

Untuk bisa beroperasi di orbit Bumi, satelit buatan biasanya diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Tiongkok, dan bahkan India kini telah memiliki bandar antariksa untuk meluncurkan satelitnya sendiri.

Setidaknya, ada tiga posisi satelit di orbit Bumi. Yang pertama adalah Orbit Rendah Bumi, 500-2.000 km di atas permukaan Bumi. Lalu Orbit Menengah, 8.000-20.000 km di atas permukaan Bumi. Dan ketiga adalah orbit geosinkron seperti yang sudah disinggung di atas, 35.700 km di atas permukaan Bumi.

Apa Bahan Bakar Satelit?

Untuk dapat mengorbit Bumi, pada dasarnya satelit alami tidak membutuhkan bahan bakar, apa lagi bahan bakar bensin yang notabene hanya untuk kendaraan manusia di permukaan Bumi. Satelit alami tak perlu bensin.

Menurut hukum kekekalan energi mekanik yang telah kita semua pelajari sewaktu sekolah menengah, dikatakan benda diam akan terus diam sampai ada gaya yang menggerakkannya, begitu juga benda bergerak akan terus bergerak sampai ada gaya yang menghambatnya.

Karena di luar angkasa tidak ada udara (ruang vakum), maka tidak ada gaya gesek yang menghambat laju satelit buatan (atau laju benda apapun), sehingga satelit akan terus bergerak mengelilingi Bumi. Berbeda dengan di Bumi di mana benda yang dilempar akan melambat karena terhambat oleh udara.

Walaupun satelit buatan tak butuh bahan bakar, satelit buatan biasanya dibelaki energi listrik untuk operasional elektroniknya. Energi listrik tersebut didapatkan dari panel surya, baterai, serta pembangkit listrik tenaga nuklir kecil di badannya.

Untuk gerakan mengorbitnya, satelit buatan hanya memanfaatkan kekekalan momentum. Sama dengan Bulan dalam mengelilingi Bumi dan juga Bumi mengelilingi Matahari, tidak butuh bensin.

Ketika roket yang membawa satelit sudah mencapai luar angkasa, ia akan melaju pada kecepatan tinggi hingga 28.000 km/jam, dan saat itu juga satelit buatan yang dibawanya akan dilepas. Maka dari itu, kecepatan satelit tadi juga akan 28.000 km/jam. Ditambah karena tidak ada udara yang menghambatnya, maka satelit akan tetap mengorbit dalam kecepatan konstan.

Mengapa Satelit Tidak Meleleh di Suhu Ekstrem?

Ada sebuah klaim yang menyatakan bahwa di termosfer (Orbit Rendah Bumi) suhunya mencapai 1.650 derajat Celcius, yang mana seharusnya satelit buatan yang berada di sana akan meleleh. Lalu mengapa faktanya satelit tidak meleleh?

Ada hal yang wajib kita ketahui dulu sebelum menjawab pertanyaan ini.

Diketahui, panas merambat melalui atom udara, tanpa atom udara yang padat panas tidak bisa merambat. Sementara di termosfer, kerapatan atom-atom udara sangat kecil, dengan demikian suhu tinggi tidak akan bisa meleburkan satelit.

Bila masih bingung, kita ambil contoh suhu kawat logam yang ada di dalam lampu bohlam kamar masing-masing. Kawat logam tersebut (saat menyala) bisa memiliki suhu sekitar 2.500 sampai dengan 3.400 derajat Celcius. Namun, apakah kaca bohlam meleleh? Padahal kaca akan meleleh di 1.400 derajat Celcius.

Kenyataannya, kita bisa memegang kaca bohlam dan terasa hangat, tidak sepanas suhu kawat logam. Ini karena di dalam bohlam merupakan ruang vakum atau hampa udara, sehingga kerapatan atom udara sangat kecil, maka panas tidak bisa merambat secara konveksi.

ISS dan satelit buatan lainnya yang berada di termosfer menerima suhu 1.650 derajat Celcius dan bahkan lebih tinggi dari itu, namun mereka tidak akan meleleh. Bagi Anda yang pernah atau sedang belajar thermodinamika, sudah pasti mengerti hal ini.

Karena kerapatan atom-atom udara yang rendah itulah, panas dari Matahari yang diterima oleh satelit-satelit buatan hanya sekitar 121 derajat Celcius, sedangkan ketika memasuki area malam (tidak terkena Matahari), suhunya akan turun hingga -157 derajat Celcius.

Ada Berapa Jumlah Satelit? Bisakah Diamati dari Bumi?

Menurut UniverseToday.com, sejak pertama kali manusia meluncurkan satelit buatan bernama Sputnik pada 4 Oktober 1957, sejauh ini sudah ada sekitar 2.271 satelit buatan yang beroperasional di orbit Bumi. Setengah dari 2.271 satelit buatan ini berada di Orbit Rendah Bumi, seperduapuluhnya berada di Orbit Menengah Bumi, sementara sisanya berada di orbit geostasioner.

Mengapa kita tidak melihat satupun satelit di langit bila jumlahnya sebanyak itu? Faktanya, kita bisa mengamati ISS, satelit-satelit Iridium, bahkan hingga Teleskop Antariksa Hubble saat melintasi langit di waktu-waktu tertentu.

Perlu diketahui, satelit-satelit buatan berkuran begitu kecil, mulai dari sebesar bola voli hingga sebesar mobil milik ayah Anda. Hanya ISS yang berukuran sebesar lapangan rugby, itupun hasil rakitan selama sekitar 10 tahun (2000-2010) yang dilakukan langsung di Orbit Rendah Bumi.

Luas Bumi adalah sekitar 510 juta kilometer persegi. Menurut perhitungan kasar, maka setiap 1 juta kilometer langit, hanya terlihat 1 satelit buatan saja. Analoginya adalah sama seperti ketika kita melihat mobil dari daerah seluas dua kali Pulau Kalimantan.

Lalu, bagaimana cara melihat satelit buatan dari permukaan Bumi? Mudahnya, Anda bisa mengunjungi situs web Heavens-Above.com, tentukan lokasi Anda melalui GPS lalu pilih satelit mana yang Anda ingin lihat. Nantinya, jadwal melintasnya satelit buatan tersebut akan muncul dan Anda bisa catat untuk melakukan pengamatan.

Oh iya, dari banyaknya satelit buatan di orbit Bumi, mengapa tidak ada tabrakan satelit ya? Sebenarnya ada, namun sangat jarang terjadi. Sejauh ini baru terjadi sekitar 11 kali tabrakan satelit. Minimnya tabrakan satelit disebabkan karena sebelum diluncurkan, posisi satelit jelas sudah ditentukan lebih dulu.

Penentuan posisi satelit buatan tersebut diperlukan agar satelit tidak bersinggungan dengan satelit lain. Jadi, tabrakan antar-satelit memang ada, tapi sangat jarang karena orbitnya sudah diatur ditambah angkasa yang amat luas, lebih luas dari pemikiran datar.


Informasi: Artikel ini dikembangkan dari postingan Instagram @earth_never_flat. Ikuti Instagram-nya untuk mendapatkan informasi menarik lainnya!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com