Langit senja. Kredit: Martin Mathadinata |
Sebenarnya, ini ada hubungannya dengan bentuk Bumi yang bulat. Seperti dikutip dari Kompas.com, profesor astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan, bahwa hal itu terkait dengan posisi Matahari saat ini juga.
Sejak Desember 2016 kemarin, Matahari berada condong di langit selatan Bumi. Hal ini disebabkan karena sumbu rotasi Bumi miring 23,5 derajat Lintang Selatan, dan saat ini tengah dalam perjalanan menuju khatulistiwa lewat gerak semu tahunannya.
Normalnya, saat 23 September dan 21 Maret, panjang siang dan malam sama. Namun, sekitar bulan Januari, siang lebih panjang daripada malam. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia (yang berada di belahan Bumi selatan) mengalami waktu siang yang lebih lama, walaupun hanya beberapa menit.
Wajah Bumi pada 25 Desember 2016. Kredit: DSCVR |
Hal ini membuat Matahari tidak akan pernah terbenam di langit Antarika hingga Maret mendatang. Bagi Indonesia yang hanya berada di ekuator, hal ini membuat siang hari lebih lama daripada malam. Sementara semakin ke utara, di lingkar Arktik misalnya, Matahari tidak akan terbit.