Bumi dan Matahari dari luar angkasa. Kredit: NASA/ESA |
Kata perihelion sendiri berasal dari bahasa Yunani, di mana peri yang berarti dekat, dan helios yang berarti Matahari. Bumi memang selalu mencapai jarak paling dekat dengan Matahari setiap tahun pada awal Januari, ketika musim dingin di belahan Bumi utara. Sedangkan jarak terjauh dari Matahari dicapai pada awal Juli, selama musim dingin di belahan Bumi selatan.
Bumi kita bisa mencapai jarak 5 juta km lebih dekat dengan Matahari pada awal Januari daripada di awal Juli. Tapi faktanya, ini bukan perubahan yang besar, bahkan tidak cukup untuk menyebabkan perubahan musim di Bumi.
Pada tanggal 4 Januari 2017, Bumi "hanya" akan berjarak sekitar 147.100.993 km dari Matahari. Sementara enam bulan dari sekarang, saat Bumi mencapai aphelion (titik paling jauh dari Matahari), tepatnya pada 3 Juli 2017, jaraknya mencapai sekitar 152.092.511 km dari Matahari.
Tidak adanya perbedaan besar jarak antara perihelion dengan aphelion adalah karena orbit Bumi kita dalam mengelilingi Matahari bentuknya hampir melingkar. Jarak antara Bumi ke Matahari juga bukan yang mengubah musim di Bumi. Musim di Bumi disebabkan oleh kemiringan sumbu planet kita.
Meskipun tidak bertanggung jawab atas perubahan musim, Bumi yang berada di titik terdekat dan terjauh dengan Matahari ternyata mempengaruhi panjang suatu musim. Ketika Bumi di titik paling dekat dengan Matahari hari ini, planet kita bergerak begitu cepat dalam orbitnya mengelilingi Matahari, yakni hampir 30,3 km/ detik.
Kecepatan mengorbit tersebut sekitar satu kilometer per detik lebih cepat daripada ketika Bumi berada di titik terjauh dari Matahari pada awal Juli. Ini semua karena bentuk dari orbit Bumi yang elips, lingkaran yang agak lonjong sedikit. Bentuk elips orbit Bumi menyebabkan variasi dalam panjang musim, serta membawa Bumi kita di titik paling dekat maupun paling jauh dari Matahari.
Selamat perihelion!