Saturnus dan cincinnya yang megah. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
Sebuah kelompok peneliti internasional, yang dipimpin oleh Hyodo Ryuki dari Kobe University di Jepang, telah melakukan simulasi komputer yang canggih untuk mengetahui dari mana cincin planet-planet raksasa di Tata Surya berasal.
Menurut model penelitian mereka, sistem cincin planet raksasa terbentuk dari planetoid yang berasal dari wilayah Sabuk Kuiper, sebuah wilayah di tepi Tata Surya yang dipenuhi oleh asteroid-asteroid dingin yang memiliki eksterior es dan inti berbatu.
Pada awal-awal pembentukan Tata Surya, di periode yang disebut Periode Bombardir, banyak benda-benda besar seukuran Mars maupun Bumi yang bergerak lewat di dekat planet-planet raksasa gas. Benda-benda besar tadi lalu banyak yang menumbuk planet-planet raksasa akibat tertarik gravitasinya yang kuat, lalu debris atau puing-puing tumbukannya berubah menjadi cincin.
Model ini juga menyediakan jawaban untuk mengapa 95% bahan penyusun cincin Saturnus merupakan es, sedangkan cincin Uranus dan Neptunus lebih gelap yang mencirikan bahan penyusun berbatu. Jawabannya adalah, tim astronom ini percaya kalau ada hubungannya dengan kepadatan Saturnus.
Saturnus memiliki kepadatan (densitas) yang signifikan lebih rendah dari pada planet lain di Tata Surya, bahkan tidak lebih padat dari air sehingga jika ada kolam air raksasa di alam semesta, maka Saturnus bisa mengapung di atas air tersebut. Dan mengingat massanya yang cukup besar tapi kepadatan rendah, Saturnus memiliki radius gravitasi yang lebih luas dan besar dibandingkan dengan Uranus dan Neptunus.
Dengan radius gravitasinya yang lebih besar, Saturnus dapat memengaruhi benda-benda es di Sabuk Kuiper untuk mendekatinya, lalu menabraknya dan terbentuklah sistem cincin yang megah saat ini.