Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Mengapa Selalu Gagal Melihat Peristiwa Hujan Meteor?

Setidaknya, ada 11 peristiwa hujan meteor yang terjadi secara periodik setiap tahunnya. Tapi, pernahkah Anda melihat salah satunya? Biar kami tebak, mungkin Anda jarang atau bahkan gagal mengamatinya. Artikel ini akan menguraikan penyebabnya dan solusinya.
Hujan meteor Geminid 2013 di Teide Observatory, Kepulauan Kanaria. Kredit: IAC
Info Astronomy - Setidaknya, ada 11 peristiwa hujan meteor yang terjadi secara periodik setiap tahunnya. Tapi, pernahkah Anda melihat salah satunya? Biar kami tebak, mungkin Anda jarang atau bahkan gagal mengamatinya. Artikel ini akan menguraikan penyebabnya dan solusinya.

Pertama, Anda Tidak Sabaran!

Melihat peristiwa hujan meteor tidak sama seperti melihat hujan air. Meteor-meteor yang melesat pada hujan meteor tidak akan muncul keroyokan seperti pada foto hasil gabungan di atas. Setiap menitnya, paling banyak hanya bisa mencapai 2-3 meteor saja.

Ketidaksabaran kita kadang membuat kita gagal untuk melihat peristiwa hujan meteor. Terlebih lagi, kita sebenarnya perlu mengadaptasi mata kita dengan langit malam setidaknya 45 menit sebelum menemukan lesatan meteor pertama yang akan membuat kita berdecak kagum.

Kadang kala, baru satu atau dua menit kita menatap langit, kita langsung berasumsi bahwa tidak ada meteor yang lewat. Dan menganggap bahwa informasi di internet tentang hujan meteor itu hanya tipuan belaka, lalu mempercayai Bumi ini datar. Come on, itu karena Anda kurang sabar!

Kedua, Polusi Cahaya

Polusi cahaya sama ngeselin-nya dengan polusi udara. Biasanya, polusi cahaya sangat berlebihan terjadi di wilayah perkotaan, seperti Jakarta misalnya. Polusi cahaya bisa datang dari mana saja, misalnya dari cahaya gedung-gedung pencakar langit, lampu jalan yang dirancang asal-asalan, atau bahkan lampu pada gadget yang kita pegang.

Untuk mengamati peristiwa hujan meteor, diperlukan lokasi pengamatan yang minim cahaya (dan ditambah cuaca yang cerah). Lokasi pengamatan yang minim cahaya bisa di puncak pegunungan, di tengah sawah, atau di tanah lapang pada suatu desa yang masih asri dan bebas polusi.

Ketiga, Mengamati Lewat Teleskop

Astronomi memang identik dengan teleskop, tapi tidak semua peristiwa atau benda langit harus diamati lewat teleskop, lho!

Hujan meteor adalah peristiwa terbakarnya meteoroid di atmosfer Bumi. Gerakan meteor tersebut sangat cepat, bahkan bisa mencapai 60 kilometer per detik. Dengan begitu, mengamatinya lewat teleskop adalah cara yang salah. Hujan meteor wajib diamati dengan mata telanjang saja.

Keempat, Takut Gelap

Sebagai seorang pencinta astronomi, tentunya kita seperti menganggap malam adalah siang dan siang adalah malam. Para pengamat langit selalu menunggu malam tiba untuk bisa mengamati objek-objek alam semesta di atas sana.

Bagi Anda yang takut gelapnya malam, hal ini bisa sangat berpengaruh dalam pengamatan benda langit. Sebagian besar benda langit baru akan terlihat saat malam, termasuk meteor, karena di siang hari ada Matahari yang cahayanya begitu silau.

Solusinya?

Solusinya cukup sederhana. Cobalah untuk lebih sabar saat mengamati peristiwa hujan meteor, carilah lokasi yang gelap untuk melakukan pengamatan, siapkan juga kursi santai untuk berbaring mengamati langit (jangan lupa seduh kopinya dulu), dan cobalah untuk mulai berani menikmati gelapnya malam.

Mengamati peristiwa hujan meteor juga lebih asyik jika dilakukan bersama teman-teman, misalnya bersama sebuah klub astronomi atau sekadar teman bermain yang punya kesukaan yang sama di bidang astronomi. Tapi waspadalah, sekalinya Anda berhasil menemukan satu lesatan meteor, Anda akan ketagihan!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.