Ilustrasi. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
Para ilmuwan tertarik pada bintang unik jenis ini karena mereka adalah sistem biner yang saling mengorbit dalam orbit elips memanjang, yang membuat mereka bermanfaat untuk mempelajari efek gravitasi dari bintang satu sama lain.
Kepler menemukan beberapa bintang berdetak dalam beberapa tahun terakhir; sebuah studi pada tahun 2011 bahkan berhasil menemukan bintang KOI-54, yang kecerahannya bervariasi setiap 41,8 hari. Sementara studi pada tahun 2012 sukses menemukan sekitar 17 bintang berdetak serupa.
Jarak antara dua bintang dalam sistem bintang berdetak ini diketahui bervariasi karena mereka mengorbit satu sama lain. Bahkan setelah penelitian lanjutan, diketahui bintang biner berdetak ini bisa saling mendekat hingga bersentuhan satu sama lain dan saling menjauh 10 kali lebih jauh.
Ketika bintang-bintang berdetak ini berada di titik pertemuan terdekat mereka, tarikan gravitasi gabungan kedua bintang akan menyebabkan mereka berubah bentuk menjadi bentuk elips, yang menjelaskan mengapa cahaya mereka sangat variabel (berubah-ubah).
Kekuatan gravitasi di antara keduanya juga menyebabkan diameter dari bintang berdetak ini untuk dengan cepat berfluktuasi karena mereka mengorbit satu sama lain, yang membuat mereka bergetar atau berdetak.
Avi Shporer, astronom di NASA Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California adalah penulis utama pada studi baru bintang berdetak ini yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal. Penelitian yang ia lakukan bersama rekan-rekannya menggunakan High Resolution Echelle Spectrometer (HIRES), instrumen yang mengukur panjang gelombang cahaya yang masuk, untuk mengukur orbit 19 sistem bintang berdetak.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa beberapa sistem biner bintang berdetak mungkin memiliki bintang pendamping ketiga atau bahkan bintang keempat. Para astronom saat ini sedang melakukan penelitian lanjutan untuk mencari komponen bintang ketiga (atau keempat) tersebut.