Saran pencarian

Memahami Mengapa Galaksi Memiliki Bentuk yang Berbeda-beda

Dalam sebuah penelitian yang baru saja diterbitkan, sekelompok astronom di Australia berhasil mengambil langkah penting menuju pemahaman mengapa ada berbagai jenis atau bentuk galaksi di seluruh alam semesta.
Kelompok empat galaksi di rasi bintang Pegasus. Kredit: NASA/ESA/Hubble/Stephan Quintet
Info Astronomy - Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Royal Astronomical Society, sekelompok astronom asal Australia berhasil mengambil langkah penting menuju pemahaman mengapa ada berbagai jenis atau bentuk galaksi di alam semesta.

Penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen ilmiah di Australia Astronomical Observatory ini telah memungkinkan para astronom untuk dapat menglasifikasikan galaksi menurut sifat fisik sebenarnya, bukan lagi menurut interpretasi manusia dalam mengamati penampilan galaksi itu sendiri.

Selama lebih dari 200 tahun terakhir sejak teleskop ditemukan, manusia telah mampu mengamati galaksi-galaksi lain selain Bimasakti. Di era modern seperti sekarang ini, teleskop ikut berevolusi menjadi lebih kuat, membuat lebih banyak pula galaksi asing yang ditemukan, sehingga dianggap penting bagi para astronom untuk mengelompokan jenis galaksi secara konsisten.

Pada tahun 1926, astronom Edwin Hubble telah menyempurnakan sistem yang menglasifikasikan galaksi dalam beberapa kategori berbeda, yakni galaksi spiral, elips, lentikular, dan galaksi yang bentuknya tidak beraturan. Klasifikasi ini dikenal sebagai Klasifikasi Hubble.

Meskipun terbilang sukses, kriteria skema Klasifikasi Hubble masih bersifat subjektif, dan proses klasifikasinya tidak berkaitan dengan sifat fisik sebenarnya dari galaksi itu sendiri. Hal ini pun dianggap menghambat upaya untuk mengidentifikasi jalur evolusi berbagai jenis galaksi karena mereka perlahan-lahan berubah bentuk dalam miliaran tahun.

Adalah Dr. Luca Cortese dari University of Western Australia, yang bersama rekan-rekannya telah membuat survei terhadap ratusan ribu galaksi di alam semesta, lebih banyak daripada ratusan galaksi yang Edwin Hubble klasifikasikan pada zamannya.

"Saya rasa kami sudah benar-benar membutuhkan cara yang tepat untuk menglasifikasikan galaksi secara konsisten menggunakan instrumen yang dapat meneliti sifat fisik, bukan lagi teknik subjektif yang melibatkan interpretasi manusia," kata Cortese.

Dalam sebuah studi yang dipimpin oleh Cortese, mereka menggunakan teknik yang dikenal sebagai integral field spectroscopy untuk meneliti bagaimana gas dan bintang bergerak dalam sebuah galaksi dan menggunakan Klasifikasi Hubble sebagai sistem klasifikasi dua dimensi berbasis fisik.

"Berkat perkembangan teknologi, kami akhirnya dapat memetakan secara detail dari distribusi dan kecepatan bintang-bintang yang berbeda pada sebuah galaksi. Kemudian, menggunakan informasi ini, kami dapat menentukan momentum sudut keseluruhan galaksi, yang merupakan kuantitas fisik utama yang mempengaruhi bagaimana galaksi akan berevolusi selama miliaran tahun.

"Hebatnya, jenis galaksi yang dijelaskan oleh skema Hubble tampaknya ditentukan oleh dua sifat utama dari galaksi, yakni massa dan momentum sudut."

Studi baru ini telah meneliti total 488 galaksi melalui teleskop Anglo Australia Telescope berdiameter 3,9 meter di New South Wales, Australia dengan sebuah instrumen yang melekat pada teleskop tersebut yang bernama disebut Sydney-AAO Multi-object Integral-field spectrograph atau 'SAMI.'

Proyek SAMI, yang dipimpin oleh astronom dari Universitas Sydney, bertujuan untuk menciptakan survei galaksi pertama berskala besar untuk mengukur kecepatan dan distribusi gas dan bintang-bintang dengan usia yang berbeda pada setiap galaksi.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com