Kawah-kawah di Merkurius. Kredit: NASA/JHUAPL |
Selain menjadi planet terkecil dan terletak paling dekat dengan Matahari di Tata Surya, Merkurius merupakan sebuah dunia yang misterius sampai wahana antariksa MESSENGER menjadi benda buatan manusia pertama yang berhasil mengorbit Merkurius pada tahun 2011. Selain MESSENGER, kunjungan lain ke Merkurius adalah wahana antariksa Mariner 10 lebih dari 40 tahun lalu.
Mariner 10 menemukan sejumlah retakan, atau yang telah terbentuk menjadi tebing, di permukaan Merkurius. Sementara MESSENGER berhasil mengungkapkan retakan terbesar di Merkurius dapat mencapai panjang lebih dari 1000 kilometer dan tinggi lebih dari 3 kilometer.
Retakan atau tebing di Merkurius dipotret oleh wahana antariksa MESSENGER. Kredit: NASA/JHUAPL |
Bagaikan sebutir kismis yang mengitari Matahari, dengan adanya aktivitas teknonik di Merkurius, permukaannya terus mengerut dan mengerisut. Diameter planet ini sekarang lebih kecil sekitar 14 kilometer daripada saat pertama kali ditemukan 4 miliar tahun lalu.
Merkurius mengalami perampingan akibat pendinginan. Paul Byrne, ahli geologi planet Carnegie Institution di Washington, D.C. mengatakan, Merkurius merupakan anomali. "Ia kelihatannya menyusut lebih dalam sehingga berukuran lebih kecil dari Mars bahkan Bulan," ujar Byrne.
Semua planet mendingin dan menumpahkan panas dalam derajat bervariasi. Merkurius, sebagai yang terdekat dengan Matahari memiliki proses yang lebih kompleks. Apalagi lansekap Merkurius sendiri sudah sangat dramatis, berupa kawah-kawah bercorak rumit, membentuk tebing, dan dikelilingi punggungan bukit yang berbaris sampai sepanjang 2000-an kilometer.
Adalah gempa-gempa di Merkurius yang mengukir bentuk lansekap planet kecil tersebut hingga seperti sekarang, dan dikatakan proses ini mungkin masih terus terjadi.
Para astronom telah merincikan penelitian dari temuan mereka secara online hari ini (26 September 2016) di jurnal Nature Geoscience.