Ilustrasi planet kesembilan di tepi Tata Surya kita. Kredit: Caltech/R. Hurt (IPAC) |
Astronom Matthew Holman dan Matthew Payne dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics bahkan telah menggunakan data pengamatan wahana antariksa Cassini milik NASA untuk mengurangi potensi daerah pencarian di langit di mana Planet Kesembilan--julukan bagi planet seukuran Neptunus di tepi Tata Surya tersebut--mungkin bersembunyi.
Daerah keberadaan Planet Kesembilan yang dipersempit ini ditentukan berada di langit arah selatan, kira-kira di arah rasi bintang Cetus. Luas wilayah tersebut lebih dari 20 derajat ke segala arah. Sebagai perbandingan, diameter Bulan Purnama hanya setengah derajat di langit Bumi.
Planet Kesembilan atau Planet IX adalah planet hipotetis yang diajukan pada bulan Januari 2016 oleh astronom Mike Brown dan Konstantin Batygin untuk menjelaskan mengapa benda-benda anggota Tata Surya di luar orbit Neptunus memiliki keanehan jalur orbit. Diperkirakan jarak Planet IX dari Matahari adalah 200 SA atau sekitar 29.920.000.000.000 kilometer.
Sementara itu, Proxima b, planet terestrial baru yang ditemukan mengorbit di bintang tetangga dekat Matahari, Proxima Centauri, justru ditemukan lebih dulu. Planet asing tersebut diketahui memiliki massa 1,3 kali massa Bumi. Planet ini mengorbit Proxima Centauri setiap 11,2 hari dalam jarak 7 juta kilometer.
Planet Kesembilan posisinya bisa di mana saja di Tata Surya kita. Anda dapat membayangkannya seperti ini: coba duduk di Istana Bogor, di manakah posisi seekor rusa Istana Bogor? Jawabannya, bisa di mana-mana di sekitar Istana. Sekarang duduk di helikopter yang sedang terbang di atas pintu tol Jagorawi, di manakah posisi seekor rusa Istana Bogor? Jawabannya, di Istana Bogor.
Atau analogi lainnya adalah lebih seperti kita yang lebih mudah melihat kesalahan orang lain (menemukan planet di sistem bintang lain) daripada melihat kesalahan sendiri (menemukan planet di Tata Surya sendiri).