Hujan meteor. Kredit: NASA/Wikimedia Commons |
Hujan meteor ini dinamakan hujan meteor Capricornid (atau Alpha Capricornid) karena memiliki titik radian—titik seolah munculnya di langit—di rasi bintang Capricorn. Hujan meteor ini akan berintensitas 5 sampai 10 meteor per jam (ZHR) di langit yang benar-benar gelap dan bebas polusi. Lain cerita jika mengamati di lokasi yang langitnya sudah tercemar polusi udara maupun polusi cahaya.
Beberapa meteor sebenarnya sudah dapat diamati sejak awal Juli hingga awal Agustus tiap tahunnya. Namun baru mencapai puncaknya pada 16 Juli mulai tengah malam hingga menjelang Subuh.
Hujan meteor Capricornid berasal dari puing-puing (debris) komet 169P/NEAT. Orbit Bumi melintasi jalur lintasan komet ini nanti malam (16/7) sehingga puing-puingnya masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar menjadi meteor.
Namun tenang saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari peristiwa ini. Sebab, debris yang masuk ke atmosfer ukurannya kecil sehingga akan habis terbakar sebelum mencium permukaan Bumi. Karena debrisnya ada banyak, maka akan seolah terlihat bagai hujan meteor.
Cara mengamatinya hanyalah siapkan kursi santai lalu menatap langit dan tunggulah meteor melintas yang bakal membuat Anda kagum. Tidak perlu menggunakan alat bantu seperti teleskop, karena justru mengamati hujan meteor pakai teleskop hanya akan mengganggu saja dan mempersempit pandangan Anda.
Hujan meteor Capricornid ini bisa diamati di seluruh Indonesia. Syarat mutlaknya, langit harus dalam keadaan cerah tak berawan. Jangan lupa untuk gunakan jaket agar tidak kedinginan di malam hari. Selamat mengamati!
Fakta Menarik
Sebagian besar debris komet 169P/NEAT tidak akan berada di orbit Bumi sampai abad ke-24. Dengan begitu hujan meteor Capricornid diprediksi menjadi badai meteor tahunan terbesar di tahun 2220 hingga 2420, di era anak cucu kita.