Saran pencarian

Bagaimana Proses Pembentukan Komet?

Detail analisis data yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Rosetta milik Agensi Antariksa Eropa (ESA) menunjukkan bahwa komet ternyata merupakan sisa pembentukan Tata Surya di masa lalu, bukan terbentuk dari tabrakan antara satu benda besar dengan beda besar lainnya. Komet murni terbentuk sendiri.
Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko yang dipotret wahana antariksa Rosetta. Kredit: ESA/Rosetta/NAVCAM
Info Astronomy - Detail analisis data yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Rosetta milik Agensi Antariksa Eropa (ESA) menunjukkan bahwa komet ternyata merupakan sisa pembentukan Tata Surya di masa lalu, bukan terbentuk dari tabrakan antara satu benda besar dengan beda besar lainnya. Komet murni terbentuk sendiri.

Memahami bagaimana dan kapan benda seperti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko mendapatkan bentuk khas komet yang unik ini sangat penting dalam menentukan seperti apa pembentukan dan evolusi awal Tata Surya kita. Studi baru yang mempelajari ini, yang dipimpin oleh Björn Davidsson dari Jet Propulsion Laboratory NASA, telah diterbitkan di jurnal Astronomy & Astrophysics.

Komet primordial atau purba seperti komet 67P yang sedang diorbiti oleh wahana antariksa Rosetta ini bisa membantu mengungkapkan sifat dari nebula surya di mana Matahari, planet-planet serta benda-benda kecil lainnya terkondensasi membentuk Tata Surya 4,6 miliar tahun yang lalu, dan juga proses yang mengubah planet Bumi kita menjadi planet berkehidupan.

Beberapa studi ilmiah menunjukkan bahwa hujan komet dalam sejarah awal dari pembentuk planet Bumi kita, mungkin 4 miliar tahun yang lalu, telah mengirimkan "benih kehidupan" ke permukaan Bumi muda dengan molekul organik yang kompleks, yang merupakan bahan-bahan kunci yang diperlukan bagi kehidupan untuk muncul.

Di sisi lain, dampak tumbukan komet raksasa terhadap Bumi mungkin adalah yang bertanggung jawab untuk peristiwa kepunahan besar dalam sejarah kehidupan di Bumi, termasuk punahnya dinosaurus 65 juta tahun yang lalu.

Detail atau profil komet purba. Kredit: ESA/Rosetta/NAVCAM
Selama kurang lebih dua tahun mengorbit komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, wahana antariksa Rosetta telah mengungkapkan komet yang memiliki kepadatan rendah, porositas tinggi, berbentuk semacam lobus ganda, dan permukaannya berlapis-lapis. Hal tersebut menunjukkan bahwa komet terbentuk dari penggabungan banyak material dari waktu ke waktu sebelum mereka solid.

Sementara porositas yang sangat tinggi pada interior nukleus (bagian dalam komet yang padat) memberikan indikasi bahwa pembentukan komet bukan dari tabrakan antara benda langit, karena jika iya, maka komet akan terlalu rapuh.

Di Tata Surya kita, komet berasal dari dua lokasi di tepi Tata Surya yang bernama Sabuk Kuiper dan Awan Oort. Sabuk Kuiper sendiri merupakan sabuk benda-benda es yang bermula dari orbit Neptunus dan membentang hingga ke luar orbit Pluto. Sementara kumpulan benda-benda es yang melingkupi seluruh Tata Surya dalam bentuk awan bulat merupakan Awan Oort.

Para ilmuwan memperkirakan Sabuk Kuiper dan Awan Oort dihuni oleh triliunan komet (dan asteroid). Kebanyakan komet di Tata Surya kita mengorbit Matahari dalam jarak yang jauh dari Bumi sehingga sukar diamati. Planet yang terlewati komet, biasanya Jupiter, bisa membelokkan arah orbit komet ke luar dari Sabuk Kuiper atau Awan Oort ke arah orbit baru.

Komet-komet Awan Oort berada sangat jauh sehingga bintang-bintang yang terlewati bisa menariknya ke dalam orbit baru yang mengarahkannya ke luar ataupun ke dalam Tata Surya. Biasanya komet dari Awan Oort lebih lama mengorbit Matahari sehingga disebut komet periode panjang, berbeda dengan komet dari Sabuk Kuiper yang mengorbit Matahari lebih cepat sehingga disebut komet periode pendek.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com