Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Para Astronom Rilis Studi Terbaru dari Bintang Pertama di Bima Sakti

Para astronom baru saja berhasil mempelajari bintang-bintang tertua di galaksi Bima Sakti dengan memeriksa unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Para astronom ini mengamati fusi nuklir dan ledakan supernova yang menandai akhir dari kehidupan bintang tua yang berusia yang pendek.
Bintang. Kredit: EurekAlert.org
Info Astronomy - Para astronom baru saja berhasil mempelajari bintang-bintang tertua di galaksi Bima Sakti dengan memeriksa unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Para astronom ini mengamati fusi nuklir dan ledakan supernova yang menandai akhir dari kehidupan bintang tua yang berusia yang pendek.

Sejauh ini, memang belum ada yang mampu mengamati bintang-bintang pertama yang terbentuk di Bima Sakti. Ini karena bintang-bintang tersebut tidak akan pernah bisa langsung diamati. Bintang-bintang pertama berukuran sangat besar, dan memiliki usia yang relatif lebih pendek, hanya beberapa juta tahun setelah kelahirannya.

Timothy Beers, ketua Notre Dame, sebuah tim yang menggunakan Cosmic Origins Spectrograph (COS) dari Teleskop Antariksa Hubble, telah mempelajari daerah spektrum ultraviolet (UV) dari sebuah bintang yang diduga merupakan bintang generasi kedua.

Bintang yang dimaksud bernama BD+44 493, adalah bintang yang sangat terang yang memenuhi "persyaratan" sebagai bintang generasi kedua di galaksi kita. Setelah memeriksa spektrum UV-nya, Beers dan timnya mendeteksi beberapa elemen yang belum pernah terlihat sebelumnya pada bintang-bintang lain. Temuan mereka telah diterbitkan dalam Astrophysical Journal Letters.

Beers dan timnya mendeteksi elemen fosfor, sulfur dan seng. Elemen ini diperkirakan hanya ada pada bintang generasi kedua tersebut. Mereka telah membandingkan jumlah setiap elemen untuk model prediksi pembelajaran tentang sifat salah satu bintang generasi pertama.

Penelitian Beers dan timnya merupakan yang pertama yang menggunakan COS pada Teleskop Antariksa Hubble untuk mempelajari unsur-unsur di bintang kuno. Penelitian ini dianggap berhasil karena Beers dan timnya sukses mendeteksi elemen pada bintang yang tidak pernah terihat.

Menurut Beers, kemungkinan besar bintang generasi kedua BD+44 493 ini berukuran lebih dari 20 kali lebih besar dari Matahari, dan meledak sebagai supernova yang relatif lemah.

Saat ini, hanya Teleskop Antariksa Hubble yang bisa mengumpulkan spektrum UV yang dibutuhkan untuk mempelajari unsur-unsur di bintang kuno. Hasil penelitian pertama ini kemungkinan akan menjadi awal untuk mempelajari puluhan atau bahkan ratusan bintang-bintang kuno dengan spektograf UV yang lebih modern di masa mendatang, seperti High Definition Space Telescope yang sekarang sedang dirancang oleh NASA.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.