 |
| Ilustrasi. Kredit: NASA/ESA/STScl/L. Calcada |
Bintang CI Tau sendiri memiliki massa sekitar 80 persen dari Matahari. Bintang tersebut merupakan bintang yang tergolong masih dalam usia muda, yakni kira-kira berusia dua juta tahun, begitu muda sehingga di sekitarnya masih ada sebuah cakram gas dan debu yang melingkarinya. Dibandingkan dengan Matahari, bintang induk kita tersebut telah berusia 4,6 miliar tahun.
Planet ekstrasurya CI Tau b ditemukan dengan metode kecepatan radial atau metode Doppler, sebuah teknik memburu planet asing dengan mengamati variasi dalam kecepatan yang bergerak ke arah bintang atau jauh dari Bumi, atau variasi dalam kecepatan radial dari bintang sehubungan dengan Bumi.
Kecepatan radial mampu mendeteksi planet-planet dengan meneliti goyangan pada bintang induknya, goyangan tersebut dapat terjadi karena efek gravitasi antara bintang induk dengan planet-planetnya.
Selain menggunakan kecepatan radial, para astronom juga menggunakan metode transit untuk mengkonfirmasi keberadaan dua planet ini. Metode ini di gunakan untuk melihat tanda kecerahan sebuah bintang yang disebabkan ketika sebuah planet melintasi (atau transit) dipermukaan bintang yang menghalangi sebagian cahayanya.
Penemuan planet ekstrasurya CI Tau b ini dihasilkan berkat survei langit yang telah dimulai sejak tahun 2004. Kala itu, para astronom telah mengamati sekitar 140 calon bintang di wilayah pembentukan bintang Taurus-Auriga. Dengan pengamatan yang spesifik, para astronom berhasil menemukan bintang CI Tau dengan planet Jupiter-Super yang mengorbitnya.
"Hasil penelitian ini cukup unik karena telah menunjukkan kepada kita bahwa planet raksasa dapat terbentuk begitu cepat walau bintang induknya masih muda," kata salah satu penulis makalah dari studi ini, Dr. Lisa Prato, seorang astronom di Observatorium Lowell.
Makalah penelitian dari penemuan ini telah diterima untuk publikasi dalam The Astrophysical Journal, dan makalah ini juga telah tersedia untuk umum di arXiv.