Ilustrasi. Kredit: ESO/M. Kommesser |
Ketiga planet ekstrasurya yang baru ditemukan ini memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari seukuran Venus hingga persis seukuran Bumi. "Mungkin inilah planet-planet terbaik untuk mencari kehidupan di luar Bumi dan Tata Surya kita," kara astronom Michaël Gillon, dari University of Liege di Belgia, yang memimpin studi ini.
"Sistem di sekitar bintang-bintang kecil dan dingin seperti ini adalah salah satu tempat spesial di mana kita dapat mendeteksi kehidupan di sebuah planet ekstrasurya seukuran Bumi dengan teknologi kita saat ini," lanjut Gillon. "Jadi jika kita ingin mencari kehidupan di planet lain di alam semesta, area-area planet seperti inilah tempat yang harus kita teliti."
Planet-planet ini, seperti yang sudah dijelaskan di atas, mengorbit bintang bintang katai coklat ultra-dingin dengan nama resmi TRAPPIST-1, yang terletak di rasi bintang Aquarius.
"Kami sedang mempersiapkan sebuah proyek yang lebih ambisius yang dimulai tahun ini, yang akan menggunakan teleskop yang lebih besar dari yang berada di Cile, untuk mendeteksi sistem-sistem keplanetan yang menakjubkan di bintang-bintang katai coklat ultra-dingin lainnya, "kata Gillon.
Planet Laik Huni
Bintang katai coklat ultra-dingin TRAPPIST-1 diketahui memiliki ukuran sebesar Jupiter, tetapi seribu kali lebih redup daripada Matahari dan bersinar di lebih dingin sehingga hanya bisa dideteksi dengan inframerah. Suhu permukaan bintang TRAPPIST-1 ini bahkan diperkirakan lebih dingin dari suhu tubuh manusia.Tiga planet ekstrasurya yang mengorbitnya, dua di antaranya mengorbit dalam jarak 1,1 hingga 1,5 persen dari jarak antara Bumi dan Matahari dan mengorbit setiap satu hingga dua hari sekali. "Karena bintang induknya begitu redup, kecil dan dingin, serta memancarkan foton yang sedikit, dua planet yang mengorbitnya ini diperkirakan memiliki suhu yang mirip dengan Venus," kata Gillon.
Dari tiga planet, ada satu planet yang mengorbit lebih jauh dari bintang TRAPPIST-1 daripada dua planet lainnya. Gillon dan rekan-rekan astronom lainnya memperkirakan planet yang lebih jauh ini membutuhkan waktu sekitar empat sampai 72 hari untuk sekali mengorbit sang bintang induk.
Jarak ini menempatkan planet ketiga pada area yang disebut "Goldilocks Zone", sebuah area atau zona kelaikhunian, yang berarti bisa memiliki suhu yang sama dengan suhu di Bumi, sehingga mungkin dapat dihuni oleh makhluk hidup.
Penemuan yang Sederhana
Tidak butuh peralatan yang banyak, Gillon dan rekan-rekannya hanya menggunakan teleskop berdiameter 60 sentimeter untuk memantau perubahan dari kecerahan bintang TRAPPIST-1 setiap 1,2 menit selama 245 jam atau 62 malam.Teleskop kecil yang digunakan Gillon dan rekan-rekannya ini berhasil mengamati dan mengumpulkan data peredupan periodik dari bintang TRAPPIST-1, yang mengindikasikan bahwa ada beberapa planet yang lewat di depannya dan memblokir cahaya yang dipancarkan oleh sang bintang ultra-dingin tersebut.
Tim peneliti kemudian menggunakan tiga teleskop yang lebih besar di India, Cile dan Hawaii untuk mengkonfirmasi bahwa ini memang planet yang mengorbit bintang atau bukan. Dan setelah pengamatan yang intensif, ternyata terkonfirmasilah bahwa yang mereka amati memang merupakan planet-planet seukuran Bumi.
Tahap berikutnya dari penelitian ini akan melibatkan studi yang lebih rinci terkait komposisi dan atmosfer ketiga planet menggunakan Himalayan Chandra Telescope di India dan James Webb Space Telescope yang dijadwalkan untuk diluncurkan ke orbit yang lebih jauh dari jarak Bumi-Bulan pada tahun 2018.
"Dengan penelitian lanjutan nanti, kita dapat benar-benar mempelajari atmosfer dan komposisi, serta mendeteksi tanda-tanda biologis jika memang ada kehidupan lain di sana. Dan kami juga akan menentukan massa ketiga planet yang masih belum diketahui ini," tutup Gillon.