Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Pluto Berperilaku Lebih Mirip Planet Daripada Planet Kerdil!

Maaf untuk semua orang di luar sana yang menurunkan status Pluto dari "planet" menjadi "planet kerdi". Sebab baru-baru ini, sekelompok ilmuwan di NASA telah meneliti perilaku Pluto yang ternyata lebih mirip planet daripada planet kerdil, yakni dengan bagaimana ia berinteraksi dengan angin Matahari.
Citra berwarna Pluto yang dipotret wahana antariksa New Horizons pada 14 Juli 2015. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL
Info Astronomy - Maaf untuk semua orang di luar sana yang menurunkan status Pluto dari "planet" menjadi "planet kerdil". Sebab baru-baru ini, sekelompok ilmuwan di NASA telah meneliti perilaku Pluto yang ternyata lebih mirip planet daripada planet kerdil, yakni dengan bagaimana ia berinteraksi dengan angin Matahari.

Selama terbang lintas dekat wahana antariksa New Horizons dengan planet kerdil Pluto dan satelit-satelit alaminya pada bulan Juli 2015, wahana antariksa tanpa awak tersebut mengaktifkan instrumen bernama Solar Wind Around Pluto (SWAP). Dengan instrumen tersebut, para ilmuwan meneliti apa yang terjadi ketika partikel bermuatan yang terlontar dari Matahari berinteraksi dengan atmosfer Pluto.

Apa yang diamati para ilmuwan ini adalah interaksi partikel bermuatan (angin surya) dengan atmosfer Pluto yang membentuk stuktur ekor, mirip seperti komet.  "Ini adalah jenis interaksi yang belum pernah kami lihat sebelumnya di Tata Surya kita," kata David J. McComas, profesor ilmu astrofisika di Princeton University dan penulis utama studi tersebut. "Hasil yang menakjubkan."

Asal usul dan identitas Pluto telah membingungkan para astronom. Awalnya, sebuah hipotesis menyatakan bahwa Pluto adalah satelit Neptunus yang dikeluarkan dari orbitnya oleh satelit terbesar, Triton. Gagasan ini akhirnya ditolak setelah studi dinamika orbit kedua planet menunjukkan bahwa fenomena seperti itu mustahil terjadi.

Pluto ditemukan tahun 1930 dan awalnya dinyatakan sebagai planet kesembilan dari Matahari. Setelah 1992, status planetnya dipertanyakan setelah para astronom menemukan sabuk Kuiper, lingkaran objek di luar Neptunus yang mencakup Pluto dan benda-benda lainnya. Tahun 2005, Eris, yang massanya 27% lebih besar daripada Pluto, ditemukan.

International Astronomical Union (IAU) akhirnya mengeluarkan definisi resmi "planet" untuk pertama kalinya pada tahun 2006. Pluto tidak sesuai dengan definisi ini dan dipindahkan ke golongan "planet kerdil" yang baru saja dibuat, lebih tepatnya plutoid. Sejumlah astronom meyakini bahwa Pluto masih dianggap sebagai planet.

Menurut definisi "planet" dari IAU tersebut, ada tiga syarat utama agar suatu objek dapat dianggap sebagai "planet". Pertama, objek tersebut harus mengorbit Matahari. Kedua, objek tersebut memiliki massa yang cukup untuk menciptakan medan gravitasinya sendiri. Lebih spesifiknya, gravitasinya harus mengubah bentuk objek tersebut ke dalam keadaan kesetimbangan hidrostatis. Dan ketiga, objek harus membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya.

Ternyata pada saat itu, Pluto gagal memenuhi syarat ketiga, karena massanya hanya 0,07 kali massa objek-objek lain di orbitnya (sebagai perbandingan, massa Bumi 1,7 juta kali lipat massa objek yang tersisa di orbitnya). IAU juga memutuskan bahwa benda-benda seperti Pluto yang tidak memenuhi syarat ketiga akan dikelompokkan sebagai planet kerdil.

Namun, penelitian terbaru dari interaksi antara angin surya dengan atmosfer Pluto yang membentuk ekor tersebut, menurut McComas, hanya bisa terjadi jika Pluto memiliki magnetosfer yang tebal. Dan magnetosfer tebal biasanya dimiliki oleh benda-benda yang diklasifikasikan sebagai planet. Hal ini secara tidak langsung juga menyatakan bahwa Pluto memiliki medan gravitasi yang kuat.

Memang ada berbagai penolakan dari komunitas astronom terkait pengelompokan ulang ini. Alan Stern, penyidik utama misi New Horizons, menolak resolusi IAU secara terbuka; ia menyatakan bahwa "definisi ini jelek karena alasan teknis". Stern keberatan karena menurut definisi baru ini, Bumi, Mars, Jupiter, dan Neptunus yang berbagi orbit dengan asteroid tidak bisa dikatakan sebagai planet.

Stern juga berpendapat bahwa semua satelit bulat berukuran besar, termasuk Bulan, justru bisa dikatakan sebagai planet. Klaim Stern yang lain adalah karena kurang dari lima persen astronom yang mendukung resolusi ini, keputusan IAU tidak mewakili seluruh komunitas astronom. Marc W. Buie, astronom Observatorium Lowell, menyampaikan pendapatnya soal definisi baru ini di situs webnya dan menolak definisi ini.

Astronom lainnya mendukung IAU. Mike Brown, astronom yang menemukan Eris, mengatakan bahwa "melalui prosedur rumit yang mirip sirkus ini, entah bagaimana muncullah jawaban yang tepat. Jawaban ini sudah dinanti-nanti. Ilmu pengetahuan pada akhirnya akan memperbaiki diri sendiri meskipun melibatkan emosi yang kuat."

Jadi, apakah Pluto akan dikategorikan kembali sebagai "planet"? Menarik untuk ditunggu.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.