Venus hasil jepretan wahana antariksa Akatsuki. Kredit: ISAS/JAXA/Nature |
JAXA menyatakan instrumen Akatsuki berjalan "hampir sempurna". Manajer proyek Akatsuki, Masato Nakamura, seorang ilmuwan planet di Institut Luar Angkasa dan Sains Astronomi JAXA di Sagamihara, Jepang, mengumumkan hasil penelitian ini pada Konferensi Venus Internasional di Oxford, Inggris.
Dan jika lain manuver kecil dalam waktu dua tahun ini berhasil, menurut Nakamura, wahana antariksa Akatsuki dapat menghindari bayangan Venus agar panel suryanya selalu menghadap Matahari, dan sehingga dapat mengorbit planet paling mirip Bumi tersebut selama lima tahun, bukan dua tahun seperti yang dijadwalkan sebelumnya.
Akatsuki, yang berarti 'fajar' dalam bahasa Jepang, diluncurkan pada tahun 2010 dan seharusnya masuk ke orbit sekitar Venus pada akhir tahun yang sama untuk mempelajari atmosfer tebal planet kedua dari Matahari tersebut. Misi Akatsuki mencakup mencari tanda-tanda gunung berapi aktif dan geologi lainnya pada permukaan Venus.
Tapi kala itu, setelah masuk ke orbit Venus, kesalahan dalam katup menyebabkan mesin utama Akatsuki mengalami gangguan. Sehingga bukannya mengorbit Venus, Akatsuki malah bergerak ke sekitar Matahari. Setelah 5 tahun, ketika Akatsuki melintas dekat Venus pada bulan Desember 2015, ilmuwan JAXA berhasil menyelamatkan misi dengan menginstruksikan pendorong sekunder Akatsuki untuk mendorong wahana antariksa ini ke dalam orbit elips Venus.
Hasil penelitian yang disajikan di Oxford menampilkan hasil pandangan lima kamera utama Akatsuki yang menangkap cahaya mulai dari inframerah hinggga ultraviolet. Sebuah pemotretan langsung yang sangat rinci dari lapisan padat dalam awan asam sulfat Venus tersebut menimbulkan tepuk tangan yang riuh dari para ilmuwan di Oxford.
Gambar inframerah dari pandangan kamera Akatsuki memiliki kualitas yang tinggi dan sangat baik. Gambar inframerah tersebut juga berhasil menunjukkan bahwa proses yang mendasari pembentukan awan mungkin lebih rumit dari yang diperkirakan sebelumnya.
Gambar inframerah tersebut dapat Anda lihat pada bagian atas artikel ini, gambar tersebut diambil dari jarak 100.000 kilometer jauhnya. "Kami akan mendapatkan resolusi gambar yang lebih baik lagi," kata Takehiko Satoh, peneliti utama untuk kamera Infrared-2 (IR2), yang mengambil gambar. "Kami berjanji untuk memberikan data yang fantastis untuk riset dan penelitian."
Saat ini Akatsuki akan melakukan beberapa manuver dan pemotretan permukaan Venus lagi. Bagi Anda yang ingin membaca lebih lengkap dari hasil penelitian ini, Anda dapat mengunjungi jurnal Nature.