Belahan selatan Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL |
Citra dan data yang sejauh ini dikirim oleh wahana antariksa New Horizons yang terus bergerak ke luar Tata Surya ini hanya permulaan, masih banyak sisanya yang menunggu untuk diunduh kontrol misi di Bumi. Namun, para ilmuwan telah melakukan banyak penelitian dan penemuan dari Pluto dan satelit alami terbesarnya, Charon.
Apa yang Kita Lihat di Permukaan Pluto?
Mungkin salah satu kejutan terbesar yang jelas dari citra pertama wajah Pluto yang dikirim oleh wahana antariksa New Horizons adalah; Pluto ternyata memiliki permukaan yang sangat beragam!Beberapa daerah pada permukaan Pluto memiliki banyak kawah akibat tumbukan asteroid. Daerah lainnya menunjukkan bukti adanya aktivitas geologi yang mungkin telah berlangsung selama miliaran tahun sepanjang sejarah Pluto.
Adanya gunung berapi es (atau cryovolcanoes, kami kesulitan mendapatkan kata yang tepat untuk mentranslasikan) juga cukup mengejutkan. Gunung berapi yang memuntahkan es (ya, bukan api!) ini terjadi akibat cairan bawah tanah permukaan Pluto yang hangat, seperti air dan amonia, bukan magma yang kita miliki di Bumi.
Ada juga daerah unik berbentuk hati yang bernama Sputnik Planum, wilayah tersebut memiliki luas yang hampir sama dengan luas negara bagian Texas, AS yang terbentuk dari gletser es nitrogen tanpa kawah sebagai dampak tumbukan asteroid sama sekali, menunjukkan adanya aktivitas seperti konveksi es dari bawah permukaannya. Pluto secara geologis sangat aktif!
Atmosfer Pluto yang Biru Mirip Bumi
Instrumen bernama Alice pada wahana antariksa New Horizons berhasil membuat pengamatan sinar Matahari yang menembus atmosfer Pluto. Para ilmuwan dengan wahana antariksa New Horizons tersebut berhasil mengetahui bahwa atmosfer Pluto terdiri dari nitrogen (seperti Bumi) dengan sedikit metana, asetilena dan etilena.Dengan Pluto yang berukuran kecil dan gravitasi yang lemah, menyebabkan ia tidak mampu menahan atmosfernya sehingga banyak yang dengan cepat terlepas ke luar angkasa, tidak seperti planet besar seperti Bumi yang memiliki gravitasi 16 kali lebih kuat dari Pluto.
Tapi ternyata bagian atas atmosfer Pluto justru bersuhu jauh lebih dingin daripada yang para ilmuwan kira sebelumnya. Semakin jauh atmosfer dari permukaan, semakin dingin suhunya. Hal yang menyebabkan ini belum diketahui pasti apa yang menyebabkannya.
Warna asli permukaan, kabut dan atmosfer biru Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL |
Dari Mana Satelit-satelit Alami Pluto Berasal?
Asal-muasal lima satelit alami milik Pluto telah menjadi pertanyaan klasik. Dan pengamatan oleh wahana antariksa New Horizons telah memberikan para ilmuwan beberapa data penting yang dibutuhkan untuk mengembangkan penjelasan dari pertanyaan tersebut yang lebih meyakinkan.Para ilmuwan percaya bahwa Charon (satelit alami terbesar milik Pluto) memiliki usia setua Pluto. Dengan kata lain, Charon terbentuk ketika Pluto masih sangat muda. Alih-alih gravitasi Pluto memerangkap asteroid besar dan menjadi satelitnya yang bernama Charon, menurut para ilmuwan Charon terbentuk akibat dampak tabrakan antara Pluto dengan benda langit lain yang besar dari Sabuk Kuiper.
Tabrakan tersebut menyebabkan puing-puing tabrakan menyebar ke luar angkasa. Seiring berjalannya waktu, puing-puing ini yang saling mengorbit ini menyatu menjadi Charon. Persis seperti teori pembentukan Bulan, ketika Bumi ditabrak oleh Theia (benda langit seukuran Mars) ketika masa awal pembentukannya, puing-puing tabrakannya menyatu dan membentuk Bulan.
Menunggu Data dan Citra Penting dan Menarik Lainnya
Rangkuman di atas hanya segelintir ilmu pengetahuan tentang Pluto dari New Horizons. Karena banyaknya data yang dikumpulkan oleh wahana antariksa New Horizons ketika terbang lintas dekat Pluto pada Juli 2015, hingga saat ini belum seluruh datanya terunduh oleh kontrol misi di Bumi.Masih butuh beberapa bulan ke depan agar seluruh data tersebut terunduh, dan sambil menunggu para ilmuwan pasti akan terus merilis data-data dan citra-citra yang menarik dan tak terduga dari planet kerdil bernama Pluto ini. So, stay tuned!