Gerhana Matahari Total di Australia. Kredit: Terry Cuttle |
Saat Gerhana Matahari Total 1983, pemerintah melarang masyarakat melihat gerhana karena dikhawatirkan menimbulkan kebutaan. Masyarakat wajib tinggal di rumah, menutup seluruh celah sinar Matahari yang bisa masuk ke rumah, bahkan harus bersembunyi di kolong meja. Hewan-hewan di beberapa kebun binatang pun ditutup matanya.
Sementara itu, banyak wisatawan dan peneliti asing yang datang ke Indonesia khusus untuk mengamati GMT. Upaya sejumlah ilmuwan dari Observatorium Bosscha ataupun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang meluruskan kesalahpahaman memaknai risiko gerhana justru tak digubris.
Melihat Gerhana Matahari memang bisa merusak mata, bahkan menyebabkan buta, namun bisa diakali dengan memakai kacamata berfilter Matahari atau membuat proyeksi lubang jarum. Dengan kacamata berfilter Matahari yang memiliki kerapatan optik 5 (neutral density 5) dapat meredam hingga 100.000 kali silau Matahari, sehingga aman.
Jadi, keluar rumah saat terjadi Gerhana Matahari sama sekali tidak berbahaya, dengan catatan Anda tidak menatap Matahari dengan mata Anda secara langsung tanpa pengaman.
Akibatnya, cahaya Matahari yang masuk ke mata berlebihan sehingga membuat mata kita rusak dan bakan seketika bisa menjadi buta. Jadi, sebaiknya saat gerhana maupun tak ada gerhana, kita tidak menatap Matahari secara langsung.
Namun, bagi Anda yang daerah tempat tinggalnya atau akan berkunjung ke jalur Gerhana Matahari Total, Anda diperbolehkan melihat Matahari HANYA saat fase totalitas 100% berlangsung.
Unduh ebook panduan dan informasi Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 Indonesia di sini: infoastronomy.org/gerhana-2016