Ilustrasi. Kredit: Tomoharu Oka/Keiko University |
Jenis pertama dari lubang hitam, adalah lubang hitam bermassa bintang (Stellar Black Hole/SBH), muncul ketika bintang yang sangat masif, setelah mencapai akhir hidup mereka, sehingga tidak lagi mampu melakukan fusi nuklir. Bintang ini akan runtuk ke gravitasinya sendiri, dan ledakan supernova akan terjadi. Setelah supernova, terbentuklah SBH, yang biasanya memiliki massa sekitar sepuluh kali massa Matahari.
Jenis kedua, lubang hitam primordial, adalah murni lubang hitam yang masih hipotetis. Lubang hitam jenis ini terbentuk oleh pemadatan materi yang hadir selama ekspansi awal alam semesta. Ukuran lubang hitam jenis ini bisa sekecil atom tunggal, tetapi dengan massa setara dengan massa sebuah gunung yang besar.
Jenis ketiga, lubang hitam supermasif (Supermassive Black Hole/SMBH), biasanya ditemukan di dalam intin atau pusat sebuah galaksi, dan ini adalah jenis lubang hitam paling raksasa. Di galaksi Bima Sakti kita, terdapat SMBH Sagitarius A*, yang empat juta kali lebih masif dari Matahari.
Mekanisme pembentukan SMBH masih diperdebatkan: Beberapa ilmuwan berpikir bahwa SMBH tumbuh dengan menyerap lubang hitam kecil dari waktu ke waktu, sedangkan beberapa ilmuwan lain percaya bahwa SMBH terbentuk dari runtuhnya awan gas yang sangat besar selama awal pembentukan galaksi.
Dari tiga jenis lubang hitam di atas, ternyata ada satu jenis lubang hitam yang sangat jarang di alam semesta ini, yakni lubang hitam massa menengah (Intermediate-Mass Black Hole/IMBH). Lubang hitam jenis ini memiliki massa yang lebih besar dari SBH namun tidak lebih besar dari SMBH.
Pada tahun 2014, penemuan jenis lubang hitam massa menengah tersebut diklaim para astronom: Sebuah benda bercahaya yang disebut X-1 di konstelasi M82, yang memiliki massa 400 kali massa Matahari, dan astronom menyatakan benda ini adalah sebuah IMBH.
Letak IMBH. Kredit: The Astrophysical Journal Letters |
Penelitian terbaru tidak benar-benar mencari IMBH, tapi malah menatap awan gas misterius yang disebut CO-0,40-0,22. Menggunakan Teleskop Radio Nobeyama di Jepang dan Teleskop Radio ASTE di Chile, para peneliti melihat bahwa molekul gas di awan gas ini bergerak pada berbagai kecepatan, berarti ada sesuatu yang mempercepat mereka. Pengamatan sinar-X, seperti yang digunakan untuk melihat X-1, tidak mengungkapkan apa-apa.
Namun, simulasi gerakan awan gas diperkirakan hanya ada satu pelakunya: yaitu sebuah IMBH yang memiliki massa sekitar 100.000 kali massa Matahari, yang bersembunyi di balik awan gas. IMBH ini menggunakan medan gravitasi yang kuat untuk mengacaukan awan gas tersebut.
Jika terbukti benar oleh studi yang independen, IMBH ini akan menjadi yang pertama dari jenisnya: IMBH yang dikelilingi awan gas. Ia juga akan menjadi lubang hitam kedua yang paling besar di galaksi kita, setelah Sagitarius A* di pusat galaksi.