Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Astronot Timothy Peake yang Membuat Inggris Bangga

Timothy Peake sepertinya berhasil memenangkan hati seluruh warga Inggris. Bagaimana tidak, ia merupakan astronot pertama Inggris yang menjalani misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang juga berhasil melakukan spacewalk perdananya.
Astronot Timothy Peake saat spacewalk semalam waktu Indonesia. Kredit: NASA/ESA
Info Astronomy - Timothy Peake sepertinya berhasil memenangkan hati seluruh warga Inggris. Bagaimana tidak, ia merupakan astronot pertama Inggris yang menjalani misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang juga berhasil melakukan spacewalk perdananya.

"Hari ini, saya telah berhasil menjalani spacewalk yang menggembirakan, hal ini akan terukir dalam memori ingatan saya selamanya, sebuah perasaan yang luar biasa!" kata Peake, setelah melakukan spacewalk selama kurang lebih 4 jam, pada malam 15 Januari 2016 waktu Indonesia.

Peake tidak menjalani spacewalk sendirian semalam, ia ditemani astronot AS (NASA) bernama Timothy Kopra. Dua astronot ini berhasil memulihkan kekuatan penuh ISS setelah mengalami kerusakan panel surya sejak November 2015.

Pada awalnya, Peake dan Kopra dijadwalkan melakukan spacewalk selama 6 jam penuh. Namun spacewalk ini berakhir lebih cepat setelah kebocoran air pada helm milik Kopra. NASA yang tidak mau mengambil resiko langsung menyudahi spacewalk tersebut. Peake dan Kopra kembali masuk ke ISS dengan selamat dan aman.

Astronot NASA Timothy Kopra mengejutkan semua orang di Ground Control ketika ia melaporkan adanya gelembung air kecil di dalam helmnya. "Sejauh ini, saya baik-baik saja," kata Kopra meyakinkan semua orang di Bumi dan rekan-rekannya di ISS saat spacewalk telah berakhir. Kemudian, ia mengatakan bahwa di dalam helmnya ada gelembung air berdiameter 10 cm. "Saya sempat panik, saya berusaha mengakhirinya dengan baik dan tenang," tuturnya.

Peake dan Kopra merupakan awak dari penerbangan Agensi Antariksa Rusia (Roscosmos) yang menumpangi Soyuz untuk tiba di ISS pada 15 Desember 2015. Peake dipilih oleh European Space Agency (ESA) pada tahun 2009, dan merupakan astronot Inggris pertama yang meluncur ke ISS sejak Helen Sharman menghabiskan seminggu di stasiun ruang angkasa Mir milik Uni Soviet pada Mei 1991. Sharman lebih dikenal sebagai turis antariksa, bukan astronot.

Pemerintah Inggris tidak terlalu mendukung adanya misi luar angkasa yang mengirim manusia, yang menyebabkan warga asli Inggris yang mau ke luar angkasa bersama NASA harus memakai lencana bendera Amerika di baju astronotnya, bukan bendera Inggris ataupun Union Jack.

Michael Foale, yang berasal dari Louth di Lincolnshire, menjadi orang kelahiran Inggris pertama yang melaksanakan misi luar angkasa ketika ia meluncur menggunakan pesawat ulang alik Discovery milik NASA pada 9 Februari 1995. Foale telah menjalani enam misi pesawat ulang-alik NASA, dengan tujuan stasiun luar angkasa Mir dan ISS. Dia memiliki kewarganegaraan ganda karena ibunya kelahiran Amerika.

Piers Sellers, yang lahir di Crowborough, meluncur ke luar angkasa pada tiga misi yang berbeda menggunakan pesawat ulang-alik NASA antara tahun 2002 dan 2010. Sellers juga telah melakukan enam kali spacewalk, ia mencatatkan waktu 41 jam 10 menit bagi orang kelahiran Inggris yang melakukan spacewalk. Namun sayangnya, Sellers mengenakan lencana AS di baju astronotnya.

Peake yang Istimewa dan Membanggakan

Astronot Timothy Peake saat menjalani latihan di Star City, Rusia. Kredit: NASA, ESA, Roscosmos
Pada bulan Desember 2015, Peake berhasil meraih hak istimewa yang luar biasa untuk menjadi orang Inggris pertama perwakilan ESA yang menjalani misi selama enam bulan penuh di ISS. "Momen yang membanggakan bagi saya, dan saya berharap ini meinspirasi untuk negara saya yang tak mendukung misi luar angkasa," katanya nyinyir.


"Seperti banyak anak-anak lainnya di masa kecil, saya bermimpi bisa pergi ke luar angkasa, tetapi tidak pernah benar-benar menganggap itu bisa menjadi kenyataan," Peake melanjutkan. "Sekarang saya menarik pemikiran saya. Setelah menjalani pelatihan sebagai pilot dan kemudian astronot, dengan sedikit keberuntungan, saya telah mencapai mimpi saya menjadi kenyataan. Terharu rasanya."

Peake terpilih sebagai perwakilan ESA setelah pada tanggal 19 Mei 2008, ESA mengumumkan mereka menerima lamaran kerja sebagai astronot baru, saat itu Peake kebetulan mengetahuinya, sehingga ia langsung mendaftarkan diri.

Pilot, seperti Peake, memerlukan minimal 1.000 jam pengalaman terbang pesawat serta memiliki gelar akademis dalam sains, kedokteran, teknik, IT atau matematika. Peake telah menghabiskan beberapa tahun terakhir bekerja sebagai pilot helikopter dan instruktur penerbangan. Dengan pengalaman Peake, ia berkata lamarannya diterima bersama lebih dari 8.000 pelamar lain.

Setelah menunggu beberapa bulan setelah pelamaran, Peake mendapat kabar bahwa ia terpilih untuk ambil bagian dalam proses penyaringan astronot ESA, yang berlangsung dari Mei 2008 sampai Mei 2009. Lebih dari 900 kandidat saat itu, hanya 10 yang terpilih untuk lolos, dan Peake salah satunya. Tepat pada 18 Mei 2009, ESA mengumumkan keputusannya, Peake bergabung ke Korporasi Astronot Eropa.

Hari ini, adalah hari yang bersejarah bagi Timothy Peake, hari yang bersejarah bagi Inggris. Mereka telah memiliki astronot di ISS untuk pertama kali. Sekali lagi, Peake benar-benar memenangkan hari rakyat Inggris. Peake bak pahlawan antariksa bagi Inggris.

Bagaimana dengan Indonesia?
Pemerintah Inggris yang tidak mendukung misi manusia di luar angkasa, kini mungkin berubah pikiran. Mereka mungkin akan lebih aktif lagi di kegiatan ini. Mereka akan mulai memikirkan luar angkasa secara serius. Apa kabar Indonesia?

Menurut penulis, Indonesia belum saatnya. Selama Indonesia belum mengedepankan sains secara serius, kita akan terus tertinggal. Sempat hampir mengirim, Pratiwi Sudarmono, astronot pertama asal Indonesia pada tahun 1985, sayangnya gagal karena ada kecelakaan pesawat ulang-alik NASA, dan hingga saat ini belum terpikirkan untuk berinisiatif mengirim astronot.

Astronot Taufik Akbar (kiri) dan astronot Pratiwi Sudarmono (kanan). Kredit: NASA, Getty Images
Sangat disayangkan memang tragedi Challenger pada tahun 1985 yang membuat peluncuran astronot Indonesia batal. Namun kini masalahnya bukan pada hal tersebut, tapi pada kemauan kita mengirim seorang perwakilan ke luar angkasa. Sebagai warga negara yang baik, kita juga harus memaklumi, mungkin misi luar angkasa seperti mengirim astronot belum menjadi prioritas utama Indonesia.

Jika boleh berandai-andai, ketika nanti ada astronot Indonesia yang meluncur ke luar angkasa, apakah masyarakat akan berbangga hati? Atau hanya menuduhnya sebagai pengalihan isu?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.