Yutu, robot penjelajah Bulan milik Tiongkok. Kredit: CNSA/CLEP |
Sudah 45 tahun sejak awak Apollo 11 membawa pulang batuan Bulan untuk kali pertama, dan 39 tahun sejak wahana antariksa Luna 24 milik NASA membawa pulang sampel batuan Bulan lainnya, penemuan batuan baru belum berhenti. Dua tahun lalu, Chang'e-3 mendarat di sebelah kawah bernama Mare Imbrium. Robot penjelajahnya, Yutu langsung mengambil sampel batuan Bulan di kawah bernama Zi Wei (Kawah Purple Palace dalam bahasa Inggris).
Lokasi berkawah di Bulan ini adalah lokasi yang menarik bagi para ahli geologi karena kawah ini diperkirakan baru terbentuk, dan lapisan batuan terfragmentasi di kawah ini tidak tercampur dengan bahan batuan sebelumnya yang ada di Bulan.
Zi Wei adalah salah satu dari sejumlah tempat di mana para astronom di Bumi sering menelitinya. Di Nature Communications, sebuah laporan kolaborasi Amerika-Tiongkok menggunakan Yutu menemukan jenis basalt yang terbuat dari sekitar 41 persen silikon dioksida (SiO2), 23 persen besi oksida (FeO), 12 persen kalsium oksida (CaO), 5 persen titanium dioksida (TiO2 ) dan 10 persen alumina (Al2O3).
Dengan standar Bulan, konsentrasi silikon oksida sangat rendah dan besi oksida sangat tinggi, namun ukuran yang paling tidak biasa adalah titanium dioksida. Sampel batuan dari Apollo dan Luna memiliki 15 persen titanium dioksida atau lebih sedikit 1 persen dari batuan baru ini.
"Distribusi titanium dioksida di permukaan Bulan menunjukkan bahwa interior Bulan tidak homogen," kata Profesor Bradley L. Jolliff dari Washington University di St Louis. "Kami masih mencoba untuk mencari tahu persis bagaimana hal ini bisa terjadi."
Mare Imbrium, lokasi pendaratan Yutu, di mana ada jenis baru dari elemen batuan. Kredit: NASA/LPI |
Bulan yang berkuran lebih kecil dari Bumi, mengindikasikan inti Bulan mendingin lebih cepat dibandingkan dengan inti Bumi pasca tabrakan, dan periode vulkanik ini telah terjadi lebih 3,6 miliar tahun yang lalu. Namun kawah Zi Wei jauh lebih muda, diperkirakan masih berusia 2,96 miliar tahun.