Saran pencarian

Mengenal Pegunungan Al-Idrisi di Pluto

Jika Anda Muslim, pernahkah mendengar nama Al-Idrisi? Belum pernah? Kalau begitu, yuk kita berkenalan sedikit dengannya, malulah rasanya jika tak mengenalinya sementara institusi sekelas Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bahkan menghormatinya sedemikian rupa hingga mengabadikan namanya sebagai nama salah satu pegunungan di Pluto.
Pegunungan Al-Idrisi (atas kiri) dan Sputnik Planum (kanan bawah). Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL
Info Astronomy - Jika Anda Muslim, pernahkah mendengar nama Al-Idrisi? Belum pernah? Kalau begitu, yuk kita berkenalan sedikit dengannya, malulah rasanya jika tak mengenalinya sementara institusi sekelas Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bahkan menghormatinya sedemikian rupa hingga mengabadikan namanya sebagai nama salah satu pegunungan di Pluto.

Ya, Amerika, negeri yang sering kita caci maki dan kutuki habis-habisan, meski di sisi lain tak jarang kita kutip atau bahkan melabelinya mentah-mentah tatkala membahas satu isu sensitif dunia Islam masa kini (misalnya yang terakhir tentang isu Kiamat September 2015, kala Bumi diisukan akan gelap total selama 15 hari).

Al-Idrisi adalah Muslim kelahiran Ceuta, al-Murabitun (kini Maroko) yang kemudian besar di tanah Sisilia di abad ke-12 Tarikh Umum (TU). Dunia mengenalnya sebagai ahli geografi dan ahli pemetaan nan mumpuni di masanya.

Pada tahun 1154 TU beliau memublikasikan Tabula Rogeriana, peta Bumi komprehensif berdasar pengetahuannya yang mumpuni akan Afrika bagian utara, Eropa, Mediteriania, Asia Barat dan Asia Timur Jauh. Meski tidak memberikan detil yang mencukupi untuk kawasan tanduk Afrika dan Asia tenggara, bagaimanapun peta al-Idrisi ini adalah peta Bumi paling maju untuk ukuran zamannya.

Hasil kerjanya menginspirasi para ahli geografi yang hidup di masa lebih kemudian seperti Ibnu Batutah dan Ibnu Khaldun. Petanya bahkan menjadi rujukan bagi para penjelajah seperti Columbus dan Vasco da Gama dalam sebagian perjalanannnya.

Kembali ke masa kini, pada Juli 2015 TU lalu wahana antariksa New Horizons lewat dalam jarak dekat terhadap planet kerdil Pluto, dunia terpinggir dan terakhir dalam Tata Surya klasik. Wahana antariksa yang hanya sebesar piano ini mengirimkan aneka citra mengagumkan dari kawasan yang dingin membekukan itu.

Di antaranya dataran rendah berbentuk mirip hati, yang diberi nama Sputnik Planum. Di sisinya terdapat bongkah-bongkah bukit yang membentuk jajaran pegunungan berelief kasar. Meski belum resmi, pegunungan kasar ini disepakati dinamakan sebagai Al-Idrisi Montes alias Pegunungan Al-Idrisi, sebagai penghormatan atas jasa-jasa Al-Idrisi dalam geografi.

Jika dilihat sekilas, dataran rendah Sputnik Planum dan Pegunungan Al-Idrisi amat mirip dengan lanskap tertentu di Bumi. Ada bukit-bukit yang terpahat erosi dan menjadi kasar, ada aliran gletser (sungai es) di lembah-lembahnya dan ada dataran rendah nan luas yang sekilas mengesankan sebagai dataran alluvial. Ada pula gunung berapi. Segalanya mengesankan aksi gaya endogen yang dibarengi gaya eksogen. Bedanya, semua di Pluto terbuat dari es. Bukit-bukit di Pegunungan Al-Idrisi pun merupakan bukit bukit es.

Ditulis oleh: Muh. Ma'rufin Sudibyo
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.