Kredit: ESA, NASA, SwRI, JPL, JHUAPL |
Awal Januari 2015 merupakan kelanjutan dari kiriman data dari Rosetta, setelah wahana antariksa tersebut melintasi Matahari bersama Komet 67P. Citra yang dirilis Rosetta menunjukan munculnya jet gas yang berasal dari permukaan komet 67P yang menghadap Matahari, di mana kita dapat melihat adanya sublimasi air es di permukaan komet tersebut.
Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko. Kredit: ESA/Rosetta/OSIRIS |
Ketika komet 67P mencapai perihelionnya, atau jarak terdekatnya dengan Matahari, pada pertengahan Agustus 2015 lalu, wahana pendarat Philae juga berhasil mengirim sinyal yang mengisyaratkan bahwa ia telah terbangun setelah hibernasi. Sayangnya, komunikasi antara Rosetta dan Philae tidak dapat dilakukan secara andal, meninggalkan sejumlah kekecewaan bahwa data tambahan yang tidak dapat diperoleh dari Philae.
Selamat Datang di Pluto (dan Charon)
Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL |
Citra di atas adalah citra terbaik dari wajah Pluto yang pernah dilihat oleh manusia. Ini merupakan citra paling dekat, dan terbaik. New Horizons tidak hanya memotret Pluto, namun juga satelit alami terbesarnya yang bernama Charon. Dua dunia yang sangat berbeda dalam karakteristik mereka.
Permukaan Pluto didominasi oleh es dan pegunungan serta jurang yang curam. Sedangkan Charon permukaannya lebih berbatu, dengan banyak kawah di besar di seluruh permukaannya, mengindikasikan Charon sering ditumbuk asteroid kecil.
Area gelap di Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL |
Para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah selatan Charon lebih muda dari wilayah utaranya. Di wilayah utara Charon terdapat cryovolcano, atau gunung api es, yang mengeluarkan zat seperti air, metana serta amonia, menyiratkan adanya lautan beku di bawah kerak Charon.
Charon, satelit alami terbesar milik Pluto. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL |
Dawn adalah misi yang ditujukan untuk meneliti planet kerdil Ceres, yang memiliki sebuah titik terang di permukaannya yang sangat misterius. Pada awal tahun ini, wahana antariksa Dawn milik NASA berhasil mencapai orbit Ceres dan meneliti terbentuk dari apakah titik terang tersebut, yang ternyata jawabannya adalah adanya unsur garam.
Bintik terang di permukaan Ceres. Kredit: NASA, Dawn |
Sebuah Bola Lumpur
Ceres saat dianggap seperti bola lumpur yang dikompresi, dengan adanya lapisan yang kaya akan lumpur di bawah kerak tipisnya, menunjukkan bahwa planet minor seperti Ceres ini memiliki memiliki sejarah panjang dari aktivitas air di permukaannya.
Hal ini penting karena, seperti komet, asteroid (awalnya Ceres diklasifikasikan sebagai asteroid) telah memainkan peran penting dalam pengiriman air dan senyawa volatil ke Bumi. Wahana antariksa Dawn menghabiskan sebagian besar tahun 2015 dengan mengorbit Ceres di orbit terendah sekitar 400 km di atas permukaannya.
Lautan di Enceladus
Meskipun misi Cassini telah beroperasi dalam sistem Saturnus selama lebih dari satu dekade, wahana antariksa milik NASA dan ESA ini masih aktif mengumpulkan data berharga dari salah satu satelit alami milik Saturnus yang dingin, Enceladus.
Pada bulan Oktober, wahana antariksa ini bermanuver ria dengan hanya berada pada ketinggian sekitar 50 km di atas permukaan Enceladus. Kemudian, pekan lalu, Cassini baru saja menyelesaikan pertemuan dekat terakhirnya dengan Enceladus, memberikan kita citra retakan permukaan beku dan pegunungan di Enceladus.
Setelah Cassini melakukan manuver tersebut, para ilmuwan berhasil mengungkap bahwa Enceladus memiliki lautan asin global yang berada di bawah permukaannya, menempatkannya setara dengan satelit alami milik Jupiter, Europa, yang lebih dulu telah diketahui jika ia memiliki lautan di bawah permukaannya.
Permukaan Enceladus. Kredit: NASA/Cassini |
Jika 2015 adalah "Golden Age" untuk eksplorasi Tata Surya, kita hanya bisa berharap bahwa peradaban manusia selanjutnya lebih antusias untuk melanjutkan investigasi Tata Surya kita yang masih sangat misterius ini. Karena data-data berharga dari Tata Surya sangat penting untuk kemajuan peradaban manusia.