Ilustrasi hypernova. Kredit: ESO |
"Bintang-bintang ini adalah bintang-bintang tertua di alam semesta, dan tentu saja bintang tertua yang pernah kita lihat," kata Louise Howes dari The Australian National University (ANU), penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam edisi terbaru Nature.
"Bintang-bintang ini terbentuk sebelum Bima Sakti kita terbentuk," kata Howes, yang penelitiannya dilakukan selama PhD di ANU Research School of Astronomy and Astrophysics. Penemuan dan analisis dari sembilan bintang yang baru ditemukan ini menantang teori saat ini tentang lingkungan alam semesta awal.
"Bintang-bintang memiliki karbon yang sangat rendah, mengandung besi dan unsur berat lainnya, yang menunjukkan bintang-bintang pertama mungkin tidak meledak sebagai supernova yang normal," kata Howes. "Mungkin mereka mengakhiri hidup mereka sebagai hypernova, sebuah ledakan bintang yang masih kurang dipahami. Saat meledak sebagai hypernova, para bintang memproduksi 10 kali lebih banyak energi daripada supernova."
Pemimpin proyek Profesor Martin Asplund, dari ANU Research School of Astronomy and Astrophysics mengatakan menemukan bintang-bintang tua dari miliaran bintang di pusat galaksi Bima Sakti adalah seperti menemukan jarum di tumpukan jerami.
Howes dan rekan-rekannya menemukan bintang-bintang tertua ini menggunakan skymapper teleskop National University Australia di Siding-Spring Observatory untuk mencari tonjolan (bulge) galaksi Bima Sakti untuk bintang dengan komposisi kimia yang sangat kuno.
Komposisi kimia yang unik dari bintang-bintang tertua ini adalah, mereka semua merupakan bintang raksasa, dengan massa lebih dari 40 kali massa Matahari. Dan ketika mereka mati, mereka menjalani ledakan spektakuler disebut hypernova, mereka menyebarkan unsur-unsur yang lebih berat di seluruh kosmos untuk penyemaian bintang generasi masa depan.
Referensi:
Oldest stars found near Milky Way center - Australian National University, 2015