Gunung Sharp di Planet Mars, gunung tertinggi se-Tata Surya. Kredit: NASA |
Robot penjelajah seukuran mobil dengan enam roda ini diluncurkan ke Mars pada akhir 2011, dan berhasil mendarat di Mars pada Agustus 2012, sang robot telah mempelajari lereng Gunung Sharp sejak September 2014.
Curiosity bergerak perlahan di permukaan Mars, dengan kecepatan rata-rata sekitar 30 meter per jam. Hal ini dilakukan untuk menghemat bahan bakar. Curiosity berhasil memotret citra terbaru di atas pada 9 September 2015 dan dirilis NASA pada tanggal 2 Oktober 2015.
Apakah semua planet langitnya biru? Matahari yang menjadi bintang induk bagi Bumi memancarkan cahaya yang diterima oleh mata manusia.
Cahaya yang dipancarkan Matahari tersebut mengandung seluruh spektrum elektromagnetik yang merentang dari panjang gelombang paling pendek sampai panjang termasuk di dalamnya cahaya tampak dan tak tampak; gelombang radio, gelombang mikro, cahaya ultra ungu, ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, infra merah, sinar X dan sinar gamma. Setiap warna tersebut juga merepresentasikan frekuensi dari rendah ke tinggi dengan cahaya merah berada pada frekuensi rendah dan ungu pada frekuensi tinggi.
Tapi mari kita fokuskan pada cahaya tampak yang merupakan warna pelangi yang bisa dinikmati setelah hujan. Cahaya Matahari yang tiba di Bumi merupakan percampuran cahaya dari seluruh panjang gelombang atau dari seluruh warna.
Cahaya yang datang dari Matahari bergerak dalam garis jika tidak ada apapun yang menghalangi perjalanannya. Contohnya, jika cahaya bertemu kaca maka ia akan dipantulkan. Sedangkan jika cahaya melewati sebuah medium, arahnya akan berubah dan terjadilah pembiasan cahaya.
Sebelum diterima oleh mata manusia di Bumi, cahaya Matahari harus melewati lapisan atmosfer yang di dalamnya terdapat berbagai macam atom dan molekul gas seperti nitrogen, oksigen, uap air, dan debu. Saat melewati atmosfer dan bertemu molekul-molekul gas inilah cahaya Matahari diserap dan kemudian dihamburkan ke semua arah.
Sebelum diterima oleh mata manusia di Bumi, cahaya Matahari harus melewati lapisan atmosfer yang di dalamnya terdapat berbagai macam atom dan molekul gas seperti nitrogen, oksigen, uap air, dan debu. Saat melewati atmosfer dan bertemu molekul-molekul gas inilah cahaya Matahari diserap dan kemudian dihamburkan ke semua arah.
Saat dihamburkan, cahaya berfrekuensi tinggi akan dihamburkan lebih banyak dari pada cahaya yang berada pada frekuensi rendah. Dalam hal ini cahaya biru akan lebih banyak dihamburkan oleh molekul dan partikel di udara dibandingkan cahaya merah.
Tapi, langit pun tidak akan tampak ungu, meskipun ungu merupakan cahaya yang memiliki frekuensi paling tinggi dan panjang gelombang terpendek dalam cahaya tampak. Salah satu alasannya adalah sensitivitas mata manusia terhadap cahaya ungu lebih kecil dibanding cahaya biru. Inilah kenapa kita melihat langit Bumi berwarna biru.
Tapi, langit pun tidak akan tampak ungu, meskipun ungu merupakan cahaya yang memiliki frekuensi paling tinggi dan panjang gelombang terpendek dalam cahaya tampak. Salah satu alasannya adalah sensitivitas mata manusia terhadap cahaya ungu lebih kecil dibanding cahaya biru. Inilah kenapa kita melihat langit Bumi berwarna biru.
Lalu mengapa citra terbaru yang dirilis NASA ini langit Mars berwarna biru? Ternyata, NASA sengaja menyuntingnya menjadi biru, yang awalnya memiliki langit merah. Hal ini dilakukan untuk membuat publik terkesan dengan pemandangan di Mars. Penyataan yang mengatakan langit di Mars berwarna biru tidaklah benar.