Air es di Pluto diwarnai atau ditandai dengan warna biru. Kredit: NASA, SwRI, JHUAPL |
"Objek berlangit biru di daerah Sabuk Kuiper? Ini benar-benar cantik," kata Alan Stern, peneliti utama New Horizons dari Southwest Research Institute (SwRI), Boulder, Colorado.
Partikel kabut sendiri cenderung berwarna abu-abu atau merah, namun proses partikel kabut yang menghamburkan cahaya biru ke seluruh langit Pluto telah menarik perhatian para astronom pada misi New Horizons.
"Ini merupakan warna biru mencolok. Kita juga akhirnya tahu tentang ukuran dan komposisi partikel kabut tersebut," kata peneliti Carly Howett, juga dari SwRI. "Langit biru di Bumi disebabkan oleh hamburan cahaya Matahari oleh partikel yang sangat kecil, partikel-partikel tersebut adalah molekul nitrogen. Namun di Pluto, molekul ini tampak lebih besar."
Para ilmuwan percaya partikel nitrogen terbentuk di atmosfer Pluto, di mana sinar ultraviolet dari Matahari terhamburkan lalu mengionisasi molekul nitrogen dan metana sehingga memungkinkan seluruh partikel ini untuk bereaksi satu sama lain untuk membentuk ion bermuatan negatif dan bermuatan positif yang lebih kompleks.
Molekul-molekul yang semakin kompleks ini semakin terbentuk dan tumbuh sampai mereka menjadi partikel yang semakin kecil, sebuah gas yang mudah menguap atau mengembun sehingga melapisi permukaan Pluto dengan air es beku dan menambah warna kemerahan pada permukaan Pluto.
Wahana antariksa New Horizons adalah benda buatan manusia pertama yang berhasil terbang lintas dekat Pluto pada 14 Juli 2015. Saat ini ia berada pada jarak sekitar 5 miliar kilometer dari Bumi, dengan tetap memiliki seluruh sistem yang sehat dan beroperasi secara normal.
Tulisan ini diolah dari press rilis NASA.