Kabut asap di Sumatera dan Kalimantan dipotret dari jarak 1,6 juta km di atas permukaan Bumi. Kredit: NASA |
Pemerintah Indonesia awal Oktober ini setuju untuk menerima bantuan internasional setelah gagal selama berminggu-minggu untuk memadamkan kebakaran dari pembakaran lahan dan hutan yang telah menyelimuti Sumatera, Kalimantan hingga negeri jiran Malaysia dan Singapura.
Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Malaysia, Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengatakan upaya bantuan internasional tersebut tidak akan memiliki dampak signifikan terhadap berkurangnya asap. Wan Junaidi mengatakan, hanya ketika diguyur hujan lebat saat musim hujan lah yang akan mengurangi asap ini.
Menurut Lembaga Antariksa AS (NASA) pada situs Earth Observatory, bencana kabut asap di Indonesia merupakan yang terburuk dalam satu dekade terakhir. Ditambah lagi, tahun ini musim kemarau di Indonesia mungkin tidak akan benar-benar berhenti sampai akhir tahun, atau terlambat dua bulan, menurut Herry Purnomo, seorang ilmuwan di Center for International Forestry Research.
"Datangnya November nanti sepertinya tidak akan benar-benar menghilangkan kabut asap. Saya perkirakan kabut masih akan terjadi sampai Desember," katanya seperti dikutip dari Phys.org. Purnomo juga mengatakan kebakaran telah menyebar ke daerah-daerah yang tidak sebelumnya tidak pernah terpengaruh karena pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit yang tidak becus.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan data satelit menunjukkan Indonesia kini memiliki lebih dari 1.500 titik api yang membuat kabut asap begitu pekat dan mencekik pernafasan. Kualitas udara di Sumatera, Kalimantan, Malaysia dan Singapura kini sangat berbahaya.