Perbandingan ukuran diameter Bumi dengan Mars. Kredit: Walter Myers, Getty Images |
Dua bulan yang lalu, Dr. Hal Levison dari Southwest Research Institute (SwRI) di Boulder, Colorado, menyusun sebuah makalah yang menggambarkan sebuah teori bernama "formasi kerikil" untuk planet raksasa gas. Dia sekarang telah memperluas teori tersebut dalam sebuah studi baru dengan memasukkan planet terrestrial ke dalam teorinya.
Bagaimana planet di Tata Surya bisa terbentuk hingga saat ini masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan di dunia astronomi. Para astronom umumnya sepakat bahwa, di Tata Surya kita, debu dan gas berkumpul bersama-sama sejak awal untuk tumbuh membentuk obyek besar yang menjadi planet katai seperti Ceres dan Pluto serta planet utama seperti Bumi dan Jupiter.
Kesepakatan tersebut menimbulkan pertanyaan lain, mengapa Mars jauh lebih kecil daripada Bumi? Menurut Levison, itu semua disebabkan dari posisi planet terbentuk di masa lalu, dan teori kerikil juga turut andil untuk menjawab pertanyaan ini.
Teori kerikil menyatakan bahwa objek luar angkasa yang sedang terbentuk akan terus menarik kerikil atau batuan antariksa di sekitarnya yang berukuran kecil untuk menyatu dan akhirnya membentuk sebuah planet. Pembentukan tersebut membutuhkan waktu hingga ribuan tahun, dengan begitu akan menarik sangat banyak kerikil atau batuan di sekitarnya.
Menurut makalah ilmiah terbaru ini, yang memakan waktu berbulan-bulan untuk melakukan simulasi menggunakan superkomputer berkekuatan tinggi, jarak 1,5 SA (1 SA, Satuan Astronomi, setara 150 juta km) tampaknya menjadi batas di mana sebuah planet berbatu terbentuk dengan matang sepenuhnya.
Masih menurut makalah, saat awal-awal pembentukannya, Planet Mars tidak terlalu banyak menarik kerikil atau batuan luar angkasa di sekitarnya untuk menyatu sehingga meningkatkan ukuran diameternya, berbanding terbalik dengan Bumi. Para astronom percaya inilah mengapa ukuran Mars lebih kecil dari ukuran Bumi.