Saran pencarian

Kabut Asap Riau Bukan Bencana Alam, Tapi Murni Ulah Manusia

Saat ini, 80% pulau Sumatera tertutupi kabut asap. Bencana buatan manusia yang selalu berulang sejak 18 tahun terakhir. Nyaris tak ada pengurangan intensitas kabut asap dari waktu ke waktu. Padahal penyebabnya jelas, asap itu bukan asap vulkanik, dia hanya bisa muncul di udara jika ada yang membakar lahan.
Dokumen Info Astronomy
Info Astronomy - Pertama kali dengar kabut asap atau kabut jerebu pada 1997 Tarikh umum silam. Saat itu kemarau pun sepanjang dan sekering ini. El Nino kuat (bahkan yang terkuat hingga saat ini) terjadi. Itupun dia masih "berkoalisi" dengan Dipole Mode positif di Samudera Indonesia (Indian Ocean).

"Koalisi" yang tak terduga itu berakibat dahsyat. Produksi uap air yang ada di Indonesia bagian bagian barat menurun (akibat dipole mode positif). Di bagian timur pun sami mawon (akibat el nino). Praktis udara Indonesia menjadi lebih kering. Api mudah tersulut. Dalam situasi seperti itu justru mulai terjadi bakar-bakaran lahan sebagai jalan termudah dan termurah untuk 'membersihkan' lahan. Praktis jerebu (asap) pun menyerbu kemana-mana.

Jerebu tak sekedar bikin jiran seperti Malaysia dan Singapura mencak-mencak. Namun serbuan kabut jerebu bahkan menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada jatuhnya pesawat Airbus A300-B4 PK-GAI Garuda Indonesia penerbangan 152 di Sibolangit, dekat Medan (Sumatra Utara).

Saat pesawat sedang bersiap untuk mendarat di bandara Polonia. 234 orang meregang nyawa, menjadikannya sebagai kecelakaan udara paling mematikan sepanjang sejarah Indonesia (hingga hari ini). Dikombinasikan dengan gangguan kesehatan dan efek-efek lainnya khususnya di Riau, entah berapa triliun kerugian yang diderita pada saat itu.

Kini, sudah 18 tahun berlalu. Namun celakanya kabut asap justru menjadi ritual tahunan. Bencana tahunan setiap musim kemarau datang. Nyaris tak ada pengurangan intensitas kabut asap dari waktu ke waktu. Padahal penyebabnya jelas, asap itu bukan asap vulkanik, ia hanya bisa muncul di udara jika ada yang membakar lahan. Dan itu jelas ulah manusia.

Semakin banyak lahan yang terbakar, semakin banyak asap yang dilepaskan dan semakin pekat kabut asapnya. Ini bukan bencana alam. Dan mau sampai kapan seperti ini terus?

Muh. Ma'rufin Sudibyo
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.