Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

RIXA, Komik Fiksi Ilmiah Besutan Kosmik & LAPAN

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan majalah komik Kosmik membuat kisah "Rixa", seorang anak petani kelapa sawit yang bercita-cita menjadi astronot.
Ditulis oleh Ronnie Alventa - #AstroSharing
Komik RIXA. Kredit: Kosmik & Haryadi
Info Astronomy - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan majalah komik Kosmik membuat kisah "Rixa", seorang anak petani kelapa sawit yang bercita-cita menjadi astronot.

Kisah aksi penuh ketegangan disertai adegan pertarungan antara hidup dan mati dari beberapa tokoh mendominasi isi komik yang beredar di muka Bumi. Coba kita tengok, sebagian besar cerita komik yang laku di pasaran memakai pola cerita seperti itu. Dan tidak bisa dipungkiri kalau hal itu bisa terjadi karena adanya permintaan pasar yang cukup tinggi.

Namun, ada juga komik yang berani tidak mengikuti selera pasar namun diterima dengan antusias oleh pembacanya. Lihatlah kehebatan mangaka Urusawa Naoki dalam meramu cerita dengan genre berbeda dalam setiap manga yang dihasilkannya.

Adakah komikus nusantara menggunakan pola yang tidak umum tersebut dalam karyanya di ranah komersil? Jawabannya… Ada.

Komikus nusantara itu adalah Haryadi.

Setelah sebelumnya dikenal sebagai penciller komik Setan Jalanan (tokoh serta ceritanya diciptakan oleh Franki “Pepeng” Indrasmoro) dan beberapa komik online, kini Haryadi terlihat berani mengambil resiko yang cukup besar untuk membuat cerita panjang ke dalam sebuah komik.

RIXA, cerita bergambar yang mengisahkan perjuangan seorang wanita Indonesia mengejar impiannya menjadi seorang astronot dibuat dengan gaya khas Haryadi. Selama ini saya terbiasa melihat komik buatannya sebatas komik online pendek bergenre komedi satir seputar kehidupan masyarakat Indonesia sehari hari.

Saya juga sempat terkejut melihat sentuhan Haryadi meramu cerita drama di komik RIXA ini. Pada panel awal pembuka cerita terasa sangat emosional. Menampilkan kegalauan seorang ayah yang tidak melihat kelahiran anaknya karena menjadi TKI di negeri Jiran sempat membuat saya terharu.

Ketika suasana emosional memuncak tiba tiba panel beralih ke masa depan saat sang anak bernama Antariksa tumbuh menjadi bocah SD. Saya sempat kecewa, karena emosi haru yang saya rasakan diputus dengan cepat.

Pola bertuturpun menjadi maju mundur, sama seperti alur cerita komik Setan Jalan. Mungkin Haryadi terpengaruh komik yang ia ciptakan itu sebelum dirinya membuat komik RIXA ini. Sepertinya bercerita dengan pola kilas balik sedang disukai oleh para pendongeng tanah air.

Cara bertutur seperti ini bisa menjadi bumerang ke penciptanya. Sebab dibutuhkan ketelitian menyusun informasi agar penikmat atau pembaca paham apa yang sedang diceritakan. Jika tidak audience akan kebingungan dengan situasi yang disajikan. Namun, Haryadi bisa menempatkan setting waktu, tempat dengan dialog yang dirinya sajikan di komik bergenre fiksi ilmiah ini secara teratur.

Situasi emosional kembali Haryadi sajikan dalam beberapa momen berikutnya sehingga saya sebagai pembaca tertarik untuk mengikuti dinamika hidup Riksa, sang tokoh utama meraih impiannya. Apalagi Haryadi mampu menyampaikan apa yang dirasakan oleh setiap tokoh melalui gambar wajah, gerak tubuh ditambah penempatan angle kamera yang sesuai dengan situasi cerita meskipun sentuhannya tidak realistik.

Saya perhatikan kisah RIXA ini mengarah ke cerita perjalanan bintang yang tentunya membutuhkan berbagai data seputar ilmu fisika, kosmologi dan psikologi manusia. Sekilas saya merasa Haryadi sangat terpengaruh film Interstellar (disutradarai Christopher Nolan, ditulis oleh dirinya dan Jonathan Nolan 2014) dan film Contact (diarahkan Robert Zemeckis berdasarkan cerita Carl Sagan tahun 1997) yang sama menceritakan hubungan emosional antara ayah dan putrinya.

Suatu kisah yang menarik untuk dieksplorasi, apalagi jika cerita itu menggunakan latar belakang kehidupan masyarakat Indonesia. Di cerita awalnya ini Haryadi menyematkan beberapa fakta ke dalam dialog para tokoh bahwa unsur pembentuk manusia berasal dari luar angkasa. Situasi yang disusun agar dialog tersebut bisa muncul sesuai dan terasa tidak dipaksakan.

Sayangnya, komik RIXA yang saya baca dalam Kosmik mook terbitan Agustus 2015 ini hanya ada dalam 24 halaman. Harus menunggu sekitar sebulan untuk mengikuti kelanjutan cerita RIXA. Saya merasa sebagai pembaca perlu meluangkan waktu, tenaga dan uang untuk mengikuti kisah yang terasa indah diawalnya ini. 

Saya berharap Haryadi bisa menjaga turun naik cerita sampai diakhir sehingga komik RIXA ini menjadi sebuah karya komik Indonesia yang berkualitas, baik dari segi cerita maupun dari sisi ilustrasi. Saya juga sangat merekomendasikan Anda, para penikmat semesta, untuk membaca komik RIXA ini. Yakinlah Anda akan terinspirasi.

Jago nulis artikel? Kirim artikel hasil tulisanmu melalui program #AstroSharing! Ada honorarium bagi yang tulisannya dimuat seperti tulisan ini. Klik di sini untuk info lengkap.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.