Gugus galaksi Abell 2218. Kredit: NASA |
Materi Gelap pertama kali diketahui keberadaannya di alam semesta lebih dari 70 tahun yang lalu untuk menjelaskan mengapa gaya gravitasi di gugus galaksi jauh lebih kuat dari yang diperhitungkan, sedangkan jika gugus hanya berisi bintang-bintang dan gas yang bisa kita amati, gaya gravitasinya jauh lebih lemah.
Inilah 'tragedi' yang menyebabkan para ilmuwan menganggap ada semacam hal yang tersembunyi di alam semesta yang tidak bisa kita lihat. Materi Gelap tersebut akan memberikan massa tambahan untuk struktur besar di jagad raya serta meningkatkan tarikan gravitasi struktur tersebut. Kebalikan utama untuk zat ini merupakan jenis partikel hipotetis yang dikenal sebagai Weakly Interacting Massive Particle (WIMP).
Untuk menyelidiki sifat Materi Gelap, para astrofisikawan mencari bukti interaksi gravitasi. Jika hipotesis WIMP benar, Materi Gelap dapat dideteksi melalui hamburan mereka dari inti atom atau elektron di Bumi. Dalam deteksi percobaan "langsung", WIMP akan menyebabkan partikel-partikel bermuatan untuk berhamburan, menghasilkan cahaya yang kita dapat amati.
Salah satu eksperimen deteksi "langsung" dalam operasi ini adalah XENON100, yang baru saja melaporkan hasil terbaru. Detektor ini terletak di bawah tanah untuk mengurangi gangguan dari sinar kosmis, di laboratorium Gran Sasso di Italia. Detektor ini terdiri dari wadah 165 kg yang terbuat dari xenon cair yang sangat murni untuk meminimalkan kontaminasi. Detektor juga dikelilingi panel surya dari tabung photomultiplier untuk menangkap cahaya dari potensi interaksi WIMP.
Laporan XENON100 terbaru telah menemukan bukti bahwa interaksi WIMP telah menghamburkan elektron. Meskipun ini adalah hasil negatif, proses yang disebut "leptophilic" ini telah menyimpulkan secara tidak langsung bahwa Materi Gelap sering berinteraksi dengan elektron.
Sementara itu, Energi Gelap merupakan zat yang membuat alam semesta berkembang pada tingkat kecepatan yang tinggi. Tidak seperti zat yang normal pada umumnya, Energi Gelap memiliki tekanan negatif, yang memungkinkan gravitasi untuk menjadi repulsif, serta dapat memisahkan atau menjauhkan dua galaksi yang, katakanlah, berdekatan.
Sampai saat ini, percobaan pendeteksian Energi Gelap belum juga menemui titik terang. Tim astrofisikawan berharap akan ada teknik inovatif yang dapat membantu mereka untuk memburu Materi Gelap dan Energi Gelap di masa depan.
Artikel ini diterbitkan pada The Conversation.