Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Editorial: Alam Semesta Kita Sekarat

Kematian alam semesta kita diprediksi terjadi pada miliaran tahun mendatang. Kemungkinan besar, sebelum terjadi, galaksi-galaksi di alam semesta sudah kehabisan energi. Dan itu adalah sebuah skenario yang tidak bisa dihindari, setidaknya dalam ranah sains.
Ilustrasi. Kredit: Shutterstock
Info Astronomy - Kita semua dalam kekacauan, setidaknya dalam beberapa miliar tahun lagi.

Para astronom telah memelajari studi bahwa galaksi kehilangan energinya pada tingkat yang mengkhawatirkan, dan dengan begitu, secara berangsur-angsur, energi di alam semesta pada akhirnya akan menghilang ke dalam kehampaan.

Sebuah studi yang memelajari 200.000 galaksi ini menemukan mereka telah kehilangan setengah energinya dalam jangka waktu dua miliar tahun. "Alam semesta sekarat secara perlahan," kata peneliti di European Southern Observatory (ESO).

Teori alam semesta sedang sekarat dikarenakan peningkatan entropi, dan ini bukanlah hal yang baru, tapi ini adalah analisis yang paling luas dari analisis sebelumnya. Hilangnya energi dari sebagian besar galaksi di alam semesta diukur lebih tepat daripada pengukuran sebelumnya.

Penelitian ini dipelajari melalui 21 panjang gelombang, dari ultraviolet ke inframerah, dan seluruh hasil studinya menjelaskan bahwa energi di alam semesta semakin menghilang. Para astronom melakukan studi ini lewat proyek Galaxy dan Mass Assembly (GAMA), yang menggunakan teleskop terbesar di dunia untuk memelajari kosmos.

"Kami melakukan studi menggunakan banyak teleskop yang berbasis di darat maupun yang berada di orbit Bumi untuk mengukur energi yang hilang dari 200.000 galaksi," kata Simon driver dari International Center of Radio Astronomy Research (ICRAR ) di Australia, yang memimpin proyek GAMA.

Apa yang terjadi dengan alam semesta kita menurut para astronom adalah seperti ini: bintang menggunakan seluruh bahan bakarnya untuk hidup. Ketika bintang tertentu mengakhiri hidup mereka dalam ledakan supernova yang dahsyat, mereka dapat memicu kelahiran bintang baru, namun ternyata hampir semua energi dari supernova akan menyebar sehingga tidak ada bintang baru yang bisa terbentuk.

Dalam 200.000 galaksi yang dipelajari, tingkat pembentukan bintang di sana ditemukan menurun. Para peneliti sampai pada kesimpulan mereka dengan membandingkan hilangnya energi galaksi yang lebih tua dan hilangnya energi pada galaksi yang lebih muda.

"Alam semesta kita sudah tua," kata Jochen Liske dari University of Hamburg, yang terlibat dalam penelitian, seperti dilansir dari IFLScience.com "Alam semesta semakin gelap dan gelap. Menjadi tempat yang sangat dingin dan gelap."

Penelitian ini, yang dipaparkan di acara Pertemuan Internasional Astronomical Union XXIX di Honolulu, Hawaii, sedikit berbeda dari teori lain yang menjelaskan bagaimana akhir dari alam semesta yang dikenal sebagai Heat Death. Yang menyatakan bahwa perluasan alam semesta semakin cepat, hal tersebut membuat objek-objek semesta menyebar dan tidak berinteraksi satu sama lain, sehingga kehilangan energinya.

Namun, para peneliti tidak yakin nasib seperti apa yang akan menimpa alam semesta kita. "Itu tergantung pada seberapa besar percepatan alam semesta," kata Liske. "Pertanyaan kami ini belum cukup menjawab. Kita belum tahu apa yang menyebabkan ekspansi alam semesta semakin cepat."

Tapi Heat Death untuk alam semesta kita diprediksi terjadi pada miliaran tahun mendatang. Kemungkinan besar, sebelum terjadi, galaksi-galaksi di alam semesta sudah kehabisan energi. Dan itu adalah sebuah skenario yang tidak bisa dihindari, setidaknya dalam ranah sains.

"Generasi manusia selanjutnya pasti akan mengalami ini secara langsung," kata Liske. "Jika generasi manusia selanjutnya ingin kembali normal, mereka membutuhkan proses kosmis yang mengubah alam semesta, dan menghapus fluktuasi kepadatan besar. Tetapi tidak ada yang bisa manusia lakukan untuk hal itu."

Karena masih miliaran tahun mendatang, sebelum kematian alam semesta terjadi, Bumi akan ditelan oleh Matahari yang dalam beberapa miliar tahun mendatang akan mengembang menjadi bintang raksasa merah sebelum akhirnya mati menjadi bintang katai putih, menjadikan planet Bumi sebuah dunia yang tandus dan tidak ramah untuk kehidupan.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.