Ilustrasi Planet Ekstra Surya. Kredit: NASA |
Yang menarik dari konferensi tersebut adalah, masalah definisi kita selama ini tentang zona laik huni sebuah planet --yakni zona atau daerah sekitar bintang yang tidak terlalu panas atau terlalu dingin untuk planet menjaga air cair di permukaannya.
Jika kita tidak hati-hati, definisi zona laik huni saat ini dapat mencegah kita dari mencapai tujuan utama kita: menemukan kehidupan di luar Bumi.
Selama ini kita menganggap planet yang mengorbit bintang lain, pada zona laik huni, mendukung adanya kehidupan organisme di permukaannya seperti di Bumi. Konsep zona laik huni telah membantu para astronom untuk menentukan di mana, dari triliunan galaksi, planet yang dapat dihuni.
Ini mungkin memang tampak masuk akal untuk mencari kehidupan di luar Bumi pada planet yang berada di daerah di mana planet tersebut memiliki air cair di permukaan. Air cair adalah pelarut yang penting untuk reaksi kimia dan biologi di Bumi. Jika kita menemukan planet dengan air cair, planet tersebut memenuhi kriteria kunci untuk mendukung kehidupan seperti yang kita kenal.
Namun berada di zona laik huni tidak otomatis berarti planet akan memiliki air, atau bahwa planet tersebut bisa mendukung kehidupan. Planet tersebut perlu memiliki komposisi atmosfer yang "sehat", biasanya diasumsikan berarti mirip dengan Bumi, dan idealnya medan magnet yang baik untuk melindungi penghuninya dari partikel berenergi tinggi dari bintang induknya.
Kesulitan-kesulitan penelitian ini, dengan definisi dari zona laik huni, kadang dapat menyebabkan astronom kesulitan ketika berbicara kepada pers tentan penemuan planet yang laik huni. Ketika pers dan media mengumumkan astronom berhasil menemukan "planet di zona layak huni", masyarakat awam kadang akan langsung menganggapnya "sebuah planet layak huni".
Konferensi di Swiss tadi mengulas apakah kita harus mengubah nama zona untuk sesuatu yang lain, seperti zona air cair, atau zona beriklim sedang.
Di luar ini, ada masalah lain dengan konsep. Mungkin saja kehidupan luar Bumi tidak memerlukan air cair di permukaan untuk bertahan hidup. Beberapa astronom berspekulasi bahwa hidrokarbon cair di Titan, satelit alami terbesar Saturnus, bisa menjadi pelarut untuk sistem yang sangat berbeda dari kehidupan di Bumi.
Satelit alami lain di tata surya kita, seperti Europa dan Enceladus, menurut NASA memiliki air cair di bawah permukaannya, meskipun mereka berada di luar zona laik huni. Semakin banyak kita belajar tentang planet lain, semakin definisi zona laik huni saat ini mulai terlihat berbahaya bagi penelitian kedepan.
Titan. Kredit: NASA, Dokumen Info Astronomy |
Karena kita hanya dapat mengamati beberapa target planet luar surya, kita memilih planet-planet yang kita anggap memiliki kesempatan lebih tinggi untuk menghasilkan tanda-tanda kehidupan. Tergantung pada bagaimana astronom mendeteksi mereka, sebagian besar planet yang diteliti hanyalah siluet di permukaan bintang atau "bergetar" di orbit sebuah bintang.
Jika beruntung, kita dapat menemukan beberapa informasi tentang molekul di atmosfer mereka menggunakan spektroskopi transit, yang merupakan studi tentang cahaya planet dari bintang induknya.
Generasi berikutnya dari pengamatan planet dirancang untuk memastikan kita mampu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari planet yang diteliti.
Namun ini bukan alasan untuk menggunakan defisini yang kurang tepat tadi. Ini mungkin hanya "godaan" pada astronom untuk buru-buru mengakhiri pencarian, namun akhirnya salah pengertian. Akibatnya banyak ilmuwan yang mengatakan, kita tidak harus mencari hal-hal yang terlihat seperti kehidupan, tetapi hal-hal yang terlihat sebagai anomali dan tidak dapat dijelaskan secara geokimia, dengan kata lain: proses non-biologis.
Baru-baru ini, Breakthrough Initiatives mengumumkan upaya pencarian internasional selama 10 tahun untuk membuka misteri kehidupan luar Bumi di alam semesta. Bergabung dengan Stephen Hawking, Martin Rees, Frank Drake, Geoff Marcy dan Ann Druyan, pengusaha Rusia Yuri Milner menyumbangkan dana 100 juta dolar, yang akan membuat pencarian alien paling komprehensif sepanjang sejarah.
Upaya pencarian kehidupan luar Bumi tersebut akan fokus pada pemilahan data dari teleskop radio dan inframerah untuk mendeteksi tanda-tanda kecerdasan luar Bumi. Misi ini tidak akan fokus ke definisi zona laik huni, kondisi khusus sebuah planet, atau bahkan jenis planet yang diteliti, tapi misi ini akan memindai lebih luas untuk mencari sinyal yang tidak dapat dijelaskan oleh fenomena alam.
Untuk menemukan kehidupan luar Bumi, kita memang harus mengeksplorasi, bukan hanya duduk dan memburu.
Riza Miftah Muharram