Pluto. Kredit: NASA/JHUAPL/SwRI |
Bagi Brown, Pluto merupakan benda semesta yang membantunya menemukan Eris dan benda-benda kecil lain di tepi tata surya kita. "Dengan Pluto dan Charon, Anda bisa memperkirakan seberapa besar benda-benda semesta di Sabuk Kuiper," katanya seperti dilansir Popular Science (29/7).
Jika Pluto masih dikategorikan sebagai planet, maka banyak dari benda-benda semesta yang Brown temukan yang juga akan dikategorikan planet, yang berarti anggota planet tata surya tidak hanya delapan (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus) melainkan ada 12 planet.
Melimpahnya benda-benda semesta yang mengorbit Matahari di pinggiran tata surya kita adalah yang menyebabkan diturunkannya pangkat Pluto dari 'planet' menjadi 'planet katai' oleh International Astronomical Union (IAU) pada 2006.
Setidaknya ada empat planet kerdil serupa Pluto di tepian tata surya kita, dan mungkin masih banyak lagi yang bersembunyi di keramaian Sabuk Kuiper. Para ilmuwan sebenarnya masih belum bisa sepenuhnya setuju pada keputusan penurunan pangkat Pluto oleh IAU.
Terbang lintas dekat wahana antariksa New Horizons dengan Pluto pada 14 Juli 2015 kemarin membuat mantan planet menjadi sorotan. Citra beresolusi tinggi di atas yang dipotret oleh New Horizons membuat kita akhirnya mengetahui seperti apa wajah Pluto.
Kita juga sudah mendapatkan citra beresolusi tinggi untuk satelit alami terbesar milik Pluto, Charon. Serta citra pegunungan es, dan gletser nitrogen di permukaan Pluto. "Jadi, apa lagi harus Pluto 'lakukan' agar disebut sebagai sebuah planet lagi?" kata pemimpin misi New Horizons, Alan Stern.
Pegunungan es di Pluto. Kredit: NASA/JHUAPL/SwRI |
"Sebagai ilmuwan, saya ingin orang-orang untuk memahami seperti apa tata surya kita yang sebenarnya." tutur Stern. "Ini terasa seperti déjà vu, .Karena New Horizons terbang lintas dekat Pluto, secara tidak langsung kami menghidupkan kembali perdebatan sengit tentang bagaimana cara terbaik untuk menentukan sebuah planet."
Ukuran Diperhitungkan
Di satu sisi, perdebatan para ilmuwan nanti akan memermasalahkan tentang ukuran. Menurut IAU, sebuah "planet" adalah obyek yang mengorbit Matahari, memiliki cukup gravitasi untuk menjadi bentuk bulat, serta cukup besar untuk membersihkan orbitnya dari puing-puing planetesimal.
Sejak Pluto mendiami keramaian Sabuk Kuiper, ia gagal dalam kriteria ketiga: membersihkan orbitnya dari puing-puing planetesimal. Begitupun dengan planet kerdil lainnya, Eris, Haumea, Makemake, dan Ceres.
Perbandingan ukuran Pluto, Charon dengan Bumi. Kredit: NASA |
Meskipun Pluto memiliki hingga lima satelit alami (Bumi hanya punya satu: Bulan), suasana, dan permukaan yang dinamis, para ilmuwan yang berdebat berpendapat bahwa hal-hal tersebut tetap tidak cukup untuk memenuhi syarat Pluto sebagai planet.
Pluto bahkan dikonfirmasi memiliki aktivitas geologi dan atmosfer. Tapi tetap saja, IAU bersih keras tidak mengkategorikan Pluto sebagai planet lagi.
Ukuran Bukan Masalah
Beberapa ilmuwan keplanetan, seperti Alan Stern dari misi New Horizons dan Mark Sykes dari misi Dawn, tidak memedulikan argumen ukuran sebuah benda langit. Mereka berpikir bahwa setiap objek yang mengorbit Matahari dan memiliki cukup gravitasi untuk menarik dirinya menjadi sebuah bentuk bola harus disebut planet.
Para ilmuwan keplanetan tidak suka definisi planet dari IAU yang tergantung pada lingkungan sekitar objek langit, bukan sifat intrinsik. Jika Bumi ditempatkan di posisi Pluto, mungkin juga akan dikategorikan sebagai planet. Entah kategori apa yang nantinya diberikan ke Bumi dari IAU.
Mungkin sudah waktunya untuk memperluas filosofi untuk tata surya kita.
Akankah Status "Planet" Pluto Dipulihkan?
Setelah Ceres ditemukan pada tahun 1801 di Sabuk Asteroid --sabuk yang berada di antara orbit Mars dan Jupiter, ia dianggap sebagai sebuah planet untuk beberapa dekade. Namun, setelah astronom menemukan semakin banyak objek di sekitar Ceres, akhirnya ia dikategorikan sebagai planet kerdil.
Lebih dari 150 tahun kemudian, saat ini Ceres menjadi satu-satunya objek terbesar di Sabuk Asteroid, tetapi statusnya tetap planet kerdil belaka. Demikian pula Pluto, ia mungkin harus puas dengan title sebagai "Raja Sabuk Kuiper" karena ia merupakan satu-satunya objek terbesar di Sabuk Kuiper.
IAU telah memberikan indikasi bahwa pihaknya berencana untuk mengubah definisi planet. Sementara itu, ilmuwan keplanetan akan tetap menyerukan Pluto menjadi planet lagi. "Tidak ada yang berubah pikiran," kata Brown, "Kami akan perjuangkan status Pluto."
Riza Miftah Muharram, Popular Science, NASA