![]() |
Go Green! Kredit: WWF |
Menurut dosen Meteorologi Institut Teknologi Bandung, Zadrach Ledoufij Dupe, gelombang panas yang menyerang sejumlah kawasan di India itu terjadi akibat pergerakan massa udara yang lembab dan panas dari kawasan di Samudra India yang memasuki kawasan India. Ditambah lagi, udara dingin dari Pegunungan Himalaya sudah jauh berkurang akibat datangnya musim panas.
Serangan udara panas itu lantas menyebabkan gangguan metabolisme tubuh manusia. Jantung harus bekerja lebih ekstra untuk membantu terjadinya proses berkeringat, reaksi tubuh terhadap kondisi panas. Kerja ekstra dari jantung dapat memicu terjadinya gagal jantung, yang rentan dialami oleh orang tua.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof. Dr. Thomas Djamaluddin mengatakan Indonesia masih aman dan tidak akan terpengaruh oleh gelombang panas yang menerjang negara India serta menewaskan banyak warga.
"Indonesia masih aman, gelombang panas tersebut tidak akan mengarah ke Indonesia, karena dinamika atmosfer di sana dan di sini sudah berbeda," kata Thomas usai acara penandatanganan kerja sama dengan beberapa universitas-universitas nasional di Jakarta, Senin (1/6).
Ia menjelaskan LAPAN terus memantau pergerakan cuaca dari penginderaan jarak jauh melalui satelit, sehingga setiap peningkatan suhu akan terpantau. Penelitian mengenai bencana-bencana juga akan dievaluasi dengan data dan statistik sehingga lebih mudah untuk diantisipasi sebelum kejadian.
Terlepas dari itu, ayo mulai kebiasaan hidup bersih karena bersih sebagian dari iman. Hijaukan lingkungan!