![]() |
Peta El Nino 2014. Kredit: SSEC/NOAA |
"El Niño yang diprediksi terjadi sekitar Juli harus diwaspadai karena akan membuat curah hujan di bawah ambang normal," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Pujiono.
Menurut beliau, saat musim kemarau, hujan masih dimungkinkan turun dengan ambang batas normal 50-10 ml per bulan.
Namun, ketika terjadi fenomena El Niño lemah, curah hujan pada musim kemarau bisa kurang dari 50 ml per bulan.
Dengan kondisi tersebut, ujar Puji, masyarakat diminta mewaspadai terjadinya kekeringan, terutama petani yang memiliki tanaman pangan.
"Petani yang bercocok tanam dengan sistem tadah hujan untuk tidak menanam dulu," katanya. "Tapi untuk petani yang menggunakan sistem pengairan irigasi masih bisa dimungkinkan untuk menanam."
Musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Mei-September mendatang. Sedangkan puncaknya diprediksi Agustus.
Saat terjadi El Niño, suhu diprediksi bisa mencapai 35 derajat Celcius. Masyarakat diminta untuk menyiapkan diri menghadapi fenomena panas yang akan terjadi pada musim kemarau.
Selain Indonesia, El Niño juga melanda hampir seluruh wilayah yang berada di lintang ekuator Bumi. El Niño terjadi karena pemanasan di ekuator samudra pasifik dan pemanasan global juga menjadi salah satu unsurnya.
Namun selain memberikan kerugian, El Niño juga memberikan keuntungan pada Indonesia. Contohnya, ikan tuna di Pasifik bergerak ke Timur.
Namun, ikan yang berada di Samudera Hindia bergerak masuk ke selatan Indonesia. Hal itu karena perairan di timur samudera ini mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa menghangat.
Hal ini membuat Indonesia mendapat banyak ikan tuna dan ikan tuna pada daerah Indonesia bagian timur memiliki ukuran yang sangat besar jika dibandingkan dengan di daerah lain.
Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan El Niño pada tahun 2014 akan lebih parah daripada tahun 1997.