![]() |
Ledakan asteroid 2014 AA digaris jingga. Kredit: NASA |
Asteroid 2014 AA kemudian diketahui memiliki perihelion 0,92 SA (Satuan Astronomi) dan aphelion 1,41 SA dengan periode 1,26 tahun dan diameter sekitar 2,7 meter.
Konfigurasi orbitnya demikian rupa sehingga berpotongan dengan orbit Bumi, membuat asteroid ini berpeluang untuk bertabrakan dengan Bumi. Berdasarkan profil orbitnya, tabrakan akan terjadi hanya dalam 22 jam setelah asteroid ditemukan.
Data 3 stasiun infrasonik bagian jejaring CTBTO (Comprehensive nuclear Test Ban Treaty Organization) di bawah payung PBB memastikan asteroid 2014 AA memang menghantam Bumi pada 2 Januari 2014 sekitar pukul 10:00 WIB.
Titik hantaman ada di Samudera Atlantik bagian tengah, di sekitar koordinat 12 LU 40 BB atau 3.000 km di sebelah timur Caracas (Venezuela). Energi hantamannya sekitar 1 kiloton TNT (1/20 energi ledakan bom nuklir Hiroshima).
Menurut analisis kasar yang Ma'rufin Sudibyo, astronom asal Indonesia, kerjakan menunjukkan asteroid 2014 AA mungkin bermassa sekitar 38 ton dan melejit ke dalam atmosfer Bumi pada kecepatan 15 km/detik.
Asteroid lantas berubah meteor sangat terang (fireball) yang pada puncaknya sempat mencapai magnitudo semu -9,7 atau setara dengan terangnya Bulan dalam fase separuh.
Meteor terang ini nampaknya mulai terpecah-belah di ketinggian sekitar 45 km dpl (dari paras laut rata-rata) dan selanjutnya meledak di atas ketinggian 37 km dpl.
Jadi, asteroidnya terlalu kecil untuk jatuh ke muka Bumi dengan ukuran yang signifikan. Ini mirip dengan peristiwa Chelyabinsk (Rusia) pada 15 Februari 2013 lalu, namun dengan tingkat energi jauh lebih kecil, yakni 'hanya' 1/500 kali lipatnya.
Dengan titik ledak setinggi itu, tak ada hempasan gelombang kejut yang berdampak signifikan di permukaan Bumi. Namun ada bagian-bagian meteor terang yang masih tersisa dan selanjutnya jatuh ke Samudera Atlantik sebagai meteorit.
Dampaknya? Dengan energi 'sekecil' itu, tak ada dampak signifikan yang terjadi di Samudera Atlantik di lokasi titik ledaknya, apalagi di daratan terdekat.
Oleh: Ma'rufin Sudibyo