Cincin Saturnus dan kenampakan Bumi dari Saturnus. Kredit: NASA |
Cincin Saturnus telah mempesona penikmat langit selama berabad-abad, sejak ada teleskop yang pertama kali menunjuk ke arah langit.
Ketika Galileo Galilei pertama kali mengamati Saturnus pada tahun 1610, ia berpikir bahwa cincin Saturnus adalah satelit alaminya yang sangat besar, yang diposisikan pada setiap sisi planet.
Selama beberapa tahun pengamatan, ia mencatat bahwa cincin berubah bentuk dan bahkan menghilang, karena cincin mengubah kecenderungan tampak terhadap Bumi.
Di zaman modern, Pioneer 11 telah melewati cincin Saturnus pada tahun 1979. Pada 1980-an, Voyager 1 dan Voyager 2 sekilas juga melintas sistem cincin planet Saturnus ini.
Cincin Saturnus terdiri dari miliaran partikel mulai dari seukuran butiran pasir hingga seukuran gunung. Terdiri terutama es, cincin juga menarik meteoroid berbatu saat mereka melintasi Saturnus.
Meskipun Saturnus terlihat memiliki satu cincin jika diamati melalui teleskop, ternyata cincin-cincinnya dibagi beberapa bagian.
Cincin diberi nama abjad dalam urutan penemuan. Dengan demikian cincin utama, dari terjauh dari planet ke terdekat, A, B dan C. Sebuah kesenjangan selebar 4.700 kilometer, yang dikenal sebagai Divisi Cassini, memisahkan cincin A dan B.
Ada beberapa hipotesis mengenai bagaimana cincin Saturnus terbentuk. Beberapa ilmuwan berpikir bahwa komet atau asteroid yang lewat 'tersangkut' pada gravitasi Saturnus.
Kemungkinan lain adalah bahwa cincin dulunya merupakan satelit alami besar milik Saturnus yang berputar ke arah planet. Saturnus memiliki sedikitnya 62 satelit alami yang diketahui.
Gravitasi 62 satelit alami ini mempengaruhi struktur cincin Saturnus, tetapi juga memberikan kita wawasan dalam metode pembentukan.
Oleh Nola Taylor Redd, SPACE
Diterjemahkan oleh Rima Karimah