Wahana antariksa Voyager 1 milik NASA. Kredit: NASA JPL |
Data yang diperoleh dari Voyager 1, didapat adanya peningkatan radiasi kosmik dan itu mengindikasikan bahwa wahana tersebut meninggalkan wilayah sebaran gelembung Matahari di tata surya dan berpetualang ke alam "liar" di alam semesta.
Voyager 1 ternyata membawa rekaman-rekaman suara yang berasal dari Bumi, suara-suara tersebut ditempatkan di badan wahana antariksa Voyager ini.
NASA menyisipkan suara-suara itu untuk pesan kepada makhluk ekstraterestrial yang mungkin saja suatu hari nanti menemukan Voyager 1 di luar angkasa. Penasaran bagaimana rekaman suaranya? Klik di sini.
Apa bahan bakar Voyager?
Saat wahana Voyager sudah mencapai antariksa, selanjutnya akan menembakkan dorongan jet sehingga ia memperoleh kecepatan untuk bergerak ke arah tertentu yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
Saat wahana melewati sebuah planet, terjadi interaksi gravitasi antara keduanya. Dari interaksi ini timbul perpindahan momentum dari planet yang sedang bergerak ke wahana antariksa.
Akibatnya, wahana antariksa memperoleh tambahan energi dan dengan demikian kecepatannya bertambah dan arah geraknya berubah.
Kedengarannya hal ini terdengar tidak masuk akal karena seharusnya kecepatan wahana sebelum dan sesudah melintasi planet tidak berubah, energi kinetik yang diperoleh pada saat wahana mendekat harusnya akan menghilang saat wahana menjauhi planet.
Hal ini benar dari sudut pandang planet, namun kita tahu planet juga bergerak dengan kecepatan tertentu relatif terhadap Matahari. Alhasil, apabila dilihat dari kerangka acuan Matahari, ada transfer momentum dari planet ke wahana karena pergerakan planet.
Artinya sebenernya planet kehilangan energi geraknya untuk dipindahkan ke wahana, namun kehilangan energi ini hanya sepersekian puluh juta saja dari energi total planet, karena perbedaan massa antara planet dengan wahana ya sangat jauh berbeda.
Interaksi yang memanfaatkan interaksi gravitasi antara planet dengan wahana ini sering disebut dengan “ketapel gravitasi”, dan merupakan mekanisme paling efektif untuk mengubah arah dan kecepatan gerak sebuah wahana.
Cara ini dengan sukses telah digunakan oleh Voyager 1 dan Voyager 2, dua buah wahana antariksa yang dengan sukses memanfaatkan gaya gravitasi Jupiter dan kemudian Saturnus untuk memperoleh kecepatan tambahan yang memungkinkan mereka lolos dari tarikan gaya gravitasi Matahari.
Tentu untuk menjadwalkan saat yang paling tepat untuk meluncurkan roket dibutuhkan pemahaman yang sangat baik mengenai orbit Bumi, Jupiter, dan juga Saturnus, dan juga perhitungan yang matang.
Dengan kata lain, “bahan bakar” sebuah wahana antariksa untuk mencapai planet-planet lain bukan hanya minyak tanah dan oksigen cair, tetapi ilmu fisika.
Fisikawan yang spesialisasinya astrodinamika dan ilmu hitung orbit dapat menghitung lintasan yang paling cocok.
Referensi: NASA Voyager, Langit Selatan