Citra pertama dari Curiosity yang mendarat di Planet Mars 6 Agustus 2013. Kredit: NASA |
Dugaan tersebut diambil berdasarkan hasil studi peneliti Universitas Oxford pada meteorit Mars yang ada di Bumi serta data wahana Spitzer milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang menganalisis batu permukaan di Kawah Gusev, Mars.
Analisis kimia menemukan bahwa batu permukaan Mars memiliki kandungan nikel lima kali lebih besar dibanding meteorit.
Diketahui, batu permukaan dan meteorit Mars sama-sama terbentuk lewat proses vulkanik di planet merah. Dengan adanya perbedaan kandungan nikel, ilmuwan bertanya-tanya, proses apa yang menyebabkannya.
Ilmuwan menduga, proses yang memicu perbedaan itu adalah proses subduksi, di mana batu permukaan mengalami daur ulang di bagian dalam Mars.
Menurut peneliti, permukaan Mars dahulu mengalami oksidasi. Batu permukaan yang kaya oksigen lalu berpindah ke bagian dalam dangkal Mars dan dikeluarkan lagi ke permukaan pada 4 miliar tahun lalu.
Sementara meteorit merupakan batu vulkanik yang lebih muda dan berasal dari lapisan dalam Mars sehingga tidak mengalami proses subduksi.
"Implikasi dari proses ini adalah Mars memiliki atmosfer yang kaya oksigen pada 4 miliar tahun lalu, sebelum peningkatan oksigen di Bumi yang terjadi 2,5 miliar tahun yang lalu," papar Wood seperti dikutip Physorg, Rabu (19/6/2013).
Oksidasi memberikan warna khas pada Mars yang saat itu hangat dan basah. Wood seperti diuraikan BBC menerangkan bahwa oksigen di atmosfer Mars bisa eksis dengan cara yang unik.
"Cara mendasar kita bisa mengharapkan adanya oksigen di Mars adalah lewat fotolisis air, air di atmosfer Mars berinteraksi dengan radiasi Matahari sehingga terpecah menjadi hidrogen dan oksigen," urainya.
Biasanya, sebagian besar hidrogen akan kembali berikatan dengan air. Sebagian lagi keluar dari atmosfer planet menyisakan oksigen.
"Namun gravitasi Mars adalah sepertiga gravitasi Bumi, jadi hidrogen akan hilang lebih cepat. Jadi pembentukan oksigen bisa ditingkatkan secara relatif terhadap Bumi," ungkap Wood.
Referensi: Phys.org, Kompas.com