Planet Mars. Kredit: NASA |
Curiosity yang merupakan robot penjelajah Planet Mars, menemukan konglomerat, yaitu batuan endapan yang mengandung butir-butir bulat yang memiliki ukuran beraneka ragam di wilayah bernama Glenelg. Menurut penelitian, batuan itu merupakan bukti salah satu lokasi aliran air sungai di Mars pada masa lalu.
Jika dasar sebuah danau berubah menjadi dasar sungai, maka dapat terjadi terjadi dua kemungkinan. Pertama, permukaan air menurun secara konsisten sehingga tempat yang semula terletak jauh di kedalaman perairan tenang secara perlahan berubah mendangkal. Atau yang kedua, dasar danau secara perlahan terangkat oleh peristiwa tektonik.
Apapun penyebabnya, perubahan kedalaman membuat air mengalir dengan aliran lebih deras seiring sifat air yang selalu mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat lebih rendah.
Di Glenelg, Curiosity menemukan sesuatu yang mencengangkan, ia menemukan molekul air, belerang dan klor dalam tanah Mars. Molekul air menunjukan sesungguhnya air masih ada di tanah Mars, fakta yang didukung pula dari spektrum hamburan neutron pada salah satu instrumen. Kandungan air dalam tanah Mars mencapai 4 % pada kedalaman 60 cm dari permukaan.
Namun klor-lah, terdeteksi sebagai perklorat, klorometana, diklorometana dan triklorometana, yang menghebohkan. perklorat adalah oksidator kuat yang juga telah terdeteksi sebelumnya dalam tanah Mars oleh misi Mars Phoenix Lander.
Temuan Curiosity paling mengesankan adalah saat ia menjelajahi Lembah Yellowknife, di sana ia menemukan batuan berurat terang. Saat Curiosity mengebor batuan di kawasan ini, ternyatan dijumpai air, oksigen, karbondioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, klorometana, dan diklorometana di dalam batuan yang 20% bagiannya merupakan tanah liat.
Inilah yang menjadikan Mars masa lalu, khususnya Yellowknife Bay, menjadi tempat yang nyaman untuk kehidupan mikroba. [Majalah Bima Sakti No. 7 Vol. 1]