Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Astronot Dari Indonesia? Bisakah Terwujud?

Astronot Dari Indonesia? Bisakah Terwujud?


Info Astronomy — Para Astronom Indonesia sejak dulu ingin sekali mengirim seorang astronot Indonesia menuju ruang angkasa. Tapi kapan itu dapat terwujud? Memang, di Indonesia ini yang namanya astronomi itu terbilang jarang peminatnya. Mungkin gara-gara astronomi di Indonesia kurang dikembangkan dari pecinta astronomi maupun dari pemerintah itu sendiri.

Tidak seperti negara tetangga kita, Malaysia, yang telah lebih dulu mengirim seorang astronotnya bersama 2 kosmonot dari Rusia menuju ISS pada tanggal 10 Oktober 2007 menggunakan Pesawat Soyuz TMA-11. Ia bernama Sheikh Muszaphar Shukor. Sheikh Muszaphar berada di ISS selama 12 hari sebelum kembali di Bumi. Karena Ia adalah seorang muslim, dan masa penerbangannya bertepatan dengan bulan Ramadhan, Dewan Fatwa Nasional Malaysia telah mengeluaran buku panduan tentang cara beribadah di ruang angkasa. Buku ini mengatur tata cara salat di ruangan tanpa gravitasi, bagaimana mencari kiblat dari ISS, bagaimana menentukan waktu salat, dan bagaimana berpuasa.

Selain itu, Sheikh Muszaphar juga akan merayakan hari raya Idul Fitri di luar angkasa. Untuk itu, ia membawa bekal sate dan kue untuk dibagi-bagikan kepada anggota misi yang lain pada hari Sabtu, 13 Oktober untuk merayakan Idul Fitri. Kisahnya itu akan difilmkan dan akan mulai diputar di bioskop pada Maret 2013.

Indonesia sebenarnya juga pernah punya astronot. Ia bernama Pratiwi Sudarmono. Hebatnya ia adalah seorang wanita. Pratiwi adalah seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia. Dia lahir di Bandung, 31 Juli 1952. Saat itu rencananya, Indonesia akan memberangkatkan astronot dalam misi STS-61-H menggunakan pesawat ulang-alik Columbia yang direncanakan berangkat pada tahun 1986 untuk meluncurkan 3 satelit komersil Skynet 4A, Palapa B3, dan Westar 6S. Palapa B3 merupakan satelit Indonesia. Karena itu pemerintah merasa perlu memberangkatkan astronot sendiri.

Rencananya Pratiwi akan menjadi pay load specialist, atau kru yang mengoperasikan satelit Palapa B-3 dalam misi tersebut. Untuk astronot cadangan, ditunjuk Taufik Akbar yang merupakan engineer dari PT Telkom.

Keduanya sudah lama berlatih di bawah bimbingan NASA Amerika Serikat. Pemerintah RI sudah mengeluarkan biaya cukup besar untuk latihan ini. Pratiwi dan Taufik pun sudah siap diterbangkan ke luar angkasa.

Tapi sebuah musibah terjadi. Pesawat ulang-alik Challengger yang hendak menuaikan misi STS-51-L, meledak sesaat setelah diluncurkan. Challenger meledak tanggal 28 Januari 1986, hanya 73 detik setelah diluncurkan. Tujuh kru tewas dalam insiden ini.

Akibat dari insiden ini, NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa. Termasuk Columbia yang akan mengangkut satelit Palapa B-3 milik Indonesia.

Para astronot dalam misi penerbangan itu pun batal berangkat. Satelit B-3 akhirnya diluncurkan dengan roket Delta, tanpa kehadiran astronot dari Indonesia.

Setelah itu tak pernah ada lagi rencana Indonesia mengirimkan astronot ke luar angkasa. Pratiwi Sudarmono meneruskan karirnya sebagai ilmuwan, dan Taufik Akbar juga terus berkarir di PT Telkom.

Apakah kalian ada yang ingin bercita-cita menjadi astronot? [gioabi]
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.